Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Beri Sinyal Pengetatan ke Depan, Investor Harus Gimana?

Berikut tanggapan dan strategi para ahli yang dapat menjadi pertimbangan bagi investor saat The Fed memberi sinyal pengetatan ke depan.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA - Sinyal hawkish dari Federal Reserve (The Fed), yang memberikan opsi pengetatan ke depan, menimbulkan dilema bagi investor dalam mempertahankan eksposur kenaikan saham dan melindungi diri dari efek kebijakan moneter yang kuat. 

Mengutip Bloomberg pada Kamis (15/6/2023), The Fed mengumumkan menahan suku bunga acuan dalam rentang 5-5,25 persen, sesuai dengan harapan banyak pihak. 

Namun, beberapa pasar terkejut bahwa biaya pinjaman mungkin meningkat setengah poin persentase pada akhir 2023 karena ekonomi yang kuat dan penurunan inflasi yang lambat.

Sebagaimana diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 500 basis poin sejak 2022 dan akhir dari siklus kenaikan suku bunga secara luas sudah terlihat. 

Namun beberapa pihak khawatir kemungkinan kehancuran sistem keuangan, serupa dengan krisis yang menyebabkan beberapa bank ternama runtuh dan memicu volatilitas pasar keuangan selama berminggu-minggu. Investor kini mewaspadai area yang mungkin sangat rentan yakni real estat komersial, gelombang gagal bayar dan sektor pasar kredit lainnya. 

Rekomendasi Strategi dari Ahli Investasi

"Saya mulai khawatir bahwa ada risiko yang semakin meningkat terhadap krisis kredit,” ucap Josh Emanuel, kepala petugas investasi perusahaan manajemen investasi Wilshire.

Emanuel mengatakan bahwa ia menjauhi aset yang dapat terkena dampak besar jika tekanan pasar tiba-tiba meningkat. Contohnya seperti saham dengan kapitalisasi kecil. 

Kepala petugas investasi Sierra Investment Management, James St. Aubin yang telah menambah posisi ekuitas selama reli, berencana untuk mengubah pendiriannya jika tren mulai berubah. Namun Aubin tetap siaga terhadap stress lebih lanjut dalam sistem perbankan. 

CEO DoubleLine Capital, Jeffrey Gundlach, merekomendasikan peningkatan alokasi obligasi berkualitas tinggi sambil mengurangi kepemilikan saham dengan mencatat bahwa kenaikan imbal hasil membuat obligasi lebih murah dan menarik bagi investor yang mencari pendapatan.

Di lain sisi, Mark Heppenstall, kepala petugas investasi Penn Mutual Asset Management, yakin bahwa reli pasar saham yang berkembang pesat dapat melonggarkan kondisi kredit. Namun, hal ini dapat mengancam memperburuk harga konsumen.

"Kenaikan nilai saham yang kita lihat belakangan ini, sebagian antusiasme tersebut dapat membuat Fed lebih aktif dalam mengetatkan kebijakan jika kita terus seperti ini," ucapnya.

Analis strategi investasi di ClearBridge Investments, Josh Jamner juga yakin bahwa investor akan mulai fokus pada fundamental, seperti pada pendapatan perusahaan daripada masalah makro seperti kebijakan moneter dan inflasi. 

"Jika hal-hal seperti kecerdasan buatan berdampak pada harapan pendapatan, kami yakin itu akan berpengaruh secara lebih signifikan karena latar belakang makro lebih stabil," jelas Jamner.

Jamner juga berpendapat bahwa setelah dilakukan peningkatan sebanyak 500 bps dalam setahun, maka peningkatan sebesar 25 atau 50 bps bukanlah menjadi faktor penentu utama bagi ekonomi. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper