Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Menggerogoti Ekonomi Inggris, Menkeu Dukung Bank Sentral Naikkan Suku Bunga

Menteri Keuangan Inggris mendukung Bank Sentral Inggris (BoE) menaikan suku bunga acuan untuk mengendalikan inflasi.
Bendera Inggris./Bloomberg
Bendera Inggris./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt menyatakan mendukung kenaikan suku bunga oleh bank sentral untuk mengatasi inflasi meskipun berpotensi menyebabkan resesi.

Mengutip dari Reuters, Jumat (26/5/2023), Hunt mendukung langkah Bank Sentral Inggris (BoE) untuk kembali mengerek bunga acuan meski berdampak menyebabkan resesi. Menurutnya inflasi adalah sumber ketidakstabilan yang lebih berbahaya dibandingkan resesi.

Sebagai gambaran, kenaikan suku bunga acuan menjadi langkah paling sering dilakukan bank sentral untuk menahan memansnya ekonomi yang ditandai kenaikan harga barang dan jasa (inflasi). Kenaikan suku bunga akan membuat orang kaya memindahkan dananya ke perbankan dibandingkan melanjutkan berusaha, secara pararel para peminjam yang berekspansi harus membayar bunga kredit lebih mahal. Akibatnya, aktivitas ekonomi menurun seiring berkurangnya laju peredaran uang. 

Sisi buruknya, para pekerja yang memiliki pendapatan relatif sama akan mengalami tekanan lebih berat karena harus membayar cicilan lebih mahal dan mengurangi belanja konsumsi. Akhirnya bisnis melambat dan membawa ekonomi ke arah deflasi dan bahkan resesi.

Bukan hanya itu, Hunt juga mengatakan bahwa jika ingin mencapai kemakmuran, pertumbuhan ekonomi dan mengurangi risiko resesi, maka perlu untuk mendukung keputusan BoE dalam keputusan sulit yang akan mereka ambil. 

“Ini bukan pilihan antara mengatasi inflasi dan resesi, pada akhirnya satu-satunya jalan menuju pertumbuhan yang berkelanjutan adalah menurunkan inflasi,” jelasnya. 

Seperti diketahui, Inggris tengah menghadapi inflasi tajam dan menyebabkan krisis biaya hidup terburuk dalam beberapa generasi. Kondisi yang mulanya disebabkan oleh melonjaknya harga energi akibat perang Rusia dan Ukraina. 

Inggris melaporkan penjualan ritel dan pertumbuhan ekonomi keseluruhan melebihi perkiraan dalam beberapa minggu terakhir, walaupun tingkat pengangguran Inggris masih rendah. 

Tentunya hal tersebut berbeda dengan Jerman yang baru-baru ini telah resmi diidentifikasi masuk resesi dengan menunjukan perekonomian yang terkontraksi dua kuartal berturut-turut. 

Selain itu, tingkat inflasi Inggris turun pada tingkat tercepat dalam tiga dekade terakhir, walaupun masih lebih tinggi dari perkiraan BoE. 

Peningkatan harga jasa dan harga inti juga meningkat dengan kenaikan tercepat dalam tiga dekade terakhir sehingga memicu spekulasi kenaikan suku bunga lebih lanjut. Jika nantinya suku bunga akan dinaikkan, maka akan meningkatkan biaya hipotek dan menyebabkan Inggris masuk dalam resesi. Namun kini BoE dan Dana Moneter Internasional (IMF) tidak memperkirakan Inggris resesi. 

Sebelumnya pada Januari, Perdana Menteri Rishi Sunak berjanji untuk memangkas inflasi menjadi separuhnya. 

Walaupun inflasi Inggris menurun, krisis biaya hidup tetap berlanjut dengan kenaikan harga bahan makanan dan tagihan telepon seluler, masing-masing naik 19 persen dan 7,9 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper