Bisnis.com, SURABAYA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengidentifikasi potensi sumber daya gas yang terbilang besar di perairan utara Pulau Bali.
Identifikasi awal itu menyebutkan kandungan gas dari perairan utara Pulau Dewata itu mencapai separuh potensi cadangan gas di Blok Masela, Maluku.
“North Bali saat ini diduga memiliki cadangan yang besar juga, mungkin tidak sebesar Masela, tapi mungkin separuh Masela,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Senin (22/5/2023).
Adapun, SKK Migas menerangkan potensi sumber daya gas yang besar itu berasal dari dua blok yang saat ini dipegang raksasa minyak dan gas (migas) Inggris BP, Blok Agung I dan Blok Agung II.
Blok Agung I berlokasi di lepas pantai Bali dan Jawa Timur dengan perkiraan sumber daya atau recoverable resources mencapai 985 miliar kaki kubik (billion cubic feet/BCF).
Sementara itu, Blok Migas Agung II berlokasi di lepas pantai Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur dengan perkiraan sumber daya mencapai 16,5 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/TFC).
Baca Juga
Adapun, Blok Agung I dikelola bp Agung I limited dengan nilai tandatangan bonus atau signature bonus sebesar US$100.000. Sementara komitmen pasti 3 tahun dipatok sekitar US$2.500.000 dengan rencana kerja G&G dan seismik 2D 2.000 kilometer untuk mengelola blok sepanjang 6.656,73 kilometer persegi tersebut.
Di sisi lain, Blok Agung II dikelola bp Agung II Limited dengan nilai tanda tangan bonus mencapai US$100.000 dan komitmen pasti mencapai US$1.500.000 dalam kurun tiga tahun kerja.
“Mereka akan melakukan 3D seismic dan 2D seismic terlebih dahulu di tahun 2023 atau 2024 untuk menambah data terkait potensi sumber daya di kedua wilayah kerja [WK] itu,” kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi Suryodipuro saat dikonfirmasi, Selasa (23/5/2023).
Hudi mengatakan bp bakal menyelesaikan studi seismik terlebih dahulu sebelum melakukan pengeboran lanjutan untuk mengubah kalkulasi sumber daya awal itu menjadi potensi cadangan.
Potensi sumber daya itu bakal ikut menambah pasokan gas di kawasan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) yang sudah terlanjur berlebih atau oversupply saat ini.
“Apabila setelah seismic didapatkan hasil bahwa potensi tersebut bagus maka selanjutnya dilakukan pengeboran untuk membuktikan bahwa sumber daya tersebut dapat dikategorikan sebagai cadangan,” kata dia.
Seperti diketahui, Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diestimasikan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).
Saat ini, Konsorsium PT Pertamina (Persero) bersama dengan raksasa migas Malaysia, Petroliam Nasional Berhad atau Petronas tengah bernegosiasi untuk membeli 35 persen hak partisipasi yang ingin dilepas Shell di Blok Masela.
Konsorsium bentukan Pertamina itu disebut perlu menyiapkan anggaran paling sedikit US$1,4 miliar atau setara dengan Rp21 triliun untuk mengakuisisi PI Shell sebesar 35 persen di blok tersebut.
Berdasarkan data SKK Migas, Shell telah mengucurkan US$875 juta untuk mengakuisisi PI 35 persen di Blok Abadi Masela dan mengucurkan investasi senilai US$700 juta sehingga total dana yang telah dikeluarkan Shell untuk pengembangan lapangan tersebut sudah mencapai US$1,4 miliar.
Di samping itu, Pertamina juga masih harus menyiapkan anggaran senilai US$6,3 miliar untuk modal kerja di Masela dalam 5 tahun ke depan.