Bisnis.com, JAKARTA - Subholding Upstream Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi menilai industri migas masih akan memegang peranan penting di tengah upaya untuk mencapai net zero emission pada masa depan.
Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi Muharram Jaya Panguriseng mengatakan, kendati pertumbuhan penggunaan energi bersih yang bersumber dari energi baru dan terbarukan (EBT) meningkat dalam beberapa dekade ke depan, kebutuhan energi dalam negeri belum mampu terpenuhi seluruhnya.
Berdasarkan data Dewan Energi Nasional, porsi penggunaan EBT pada tahun ini sebesar 12 persen atau sekitar 25,2 megaton oil equivalent (mtoe), selebihnya masih dipasok oleh energi fosil.
Muharram memaparkan, jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi 310 mtoe pada 2050, tetapi jumlah permintaan energi pada masa tersebut diproyeksikan mencapai 1.000 mtoe.
"Artinya, justru saat ini yang dibutuhkan upaya kita mencari sumber daya cukup besar yang dibutuhkan migas semakin naik menghadapi kondisi ini kita bukan akan sunset, tetapi sunrise," ujarnya dalam kunjungannya ke Kantor Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (23/5/2023).
Muharram menambahkan, porsi migas untuk pemenuhan energi dalam negeri masih sangat besar pada 2050. Pasalnya, kebutuhan energi pada 2050 akan dipasok 44 persen dari migas atau sekitar 440 mtoe.
Baca Juga
Untuk itu, Pertamina Hulu Energi menyatakan akan terus meningkatkan kegiatan eksplorasinya untuk menemukan cadangan-cadangan baru guna memenuhi kebutuhan energi di masa depan.
"Jumlah cekungan di Indonesia yang sudah menjadi wilayah kerja baru 20 persen, masih ada 80 persen belum disentuh. Peluang kita masih besar," katanya.
Pada 2022, PHE telah melakukan tajak sebanyak 23 sumur eksplorasi. Dari jumlah tersebut 17 di antaranya telah selesai dilakukan.
"Dari 17 yang selesai berhasil temuan 11 artinya success ratio kita 65 persen," ungkapnya.