PT Nikomas Gemilang
Selain Panarub dan Chingluh, produsen alas kaki PT Nikomas juga turut memangkas pekerjanya akibat melemahnya kondisi perekonomian di negara tujuan ekspor, utamanya Amerika Serikat dan Eropa.
Untuk mempertahankan usahanya, pabrik sudah beroperasi selama 31 tahun sejak tahun 1992 tersebut kemudian melakukan penawaran pengunduran diri pada 1.600 karyawannya.
“[PT Nikomas] mereferensikan diri secara sukarela dengan ada pembayaran paket. Ya namanya rela kalau ada yang tidak mau ya gak papa kan,” ungkap Anggota Dewan Pembina Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Anton Joeneos Supit saat dihubungi Bisnis pada Rabu (11/1/2023).
Anton menyebutkan, pemangkasan jumlah pekerja ini tidak hanya dilakukan oleh Nikomas. Lantaran menurutnya, pabrik alas kaki yang mengandalkan permintaan ekspor ini terbilang sehat dengan karyawannya berjumlah lebih dari 100.000 orang.
Meskipun demikian, Anton tidak mengetahui secara pasti kapan perusahaan yang beralamat di Cikande, Serang ini mulai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sukarela terhadap 1.600 karyawannya.
Baca Juga
“Saya kira mungkin karena di akhir 2022, jadi bisa realisasi di 2023, saya tidak tahu kapan mereka ini [melakukan penawaran merebahkan diri pada karyawan]-nya,” katanya.
PT Tuntex Garment Indonesia
Setelah industri alas kaki yang mendapatkan kabar kurang baik dengan bergulingnya beberapa pabrik produsen alas kaki di Indonesia, kini giliran industri TPT yang terimbas ketidakstabilan perekonomian global.
Jelang Hari Raya Idulfitri 1444 H, tepatnya awal April tahun ini, PT Tuntex Garment Indonesia, terpaksa merumahkan 1.163 pekerjanya lantaran tidak sanggup membayar upah.
Hal ini menambah panjang catatan pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri TPT. Lantaran sejak pertengahan tahun 2022 lalu, industri TPT dikabarkan mengalami penurunan order dari luar negeri yang kemudian berimbas pada pemangkasan karyawan di sejumlah garmen.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serta dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta menyebutkan sebanyak 1.163 pekerja tersebut dirumahkan pada awal April lalu.
“Di awal April kemarin adalah PT Tuntex Garment yang bangkrut dan mem-PHK sekitar 1.163 karyawannya,” kata Redma kepada Bisnis pada Rabu (18/4/2023).
Lebih lanjut Redma menjelaskan penyebab tutupnya pabrik yang memproduksi produk tekstil dengan merek Puma dan berorientasi ekspor ini lantaran banyaknya pemesanan yang dibatalkan.
Dalam catatan Bisnis pada Rabu (16/11/2023), jumlah pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK pada sektor industri tekstil khususnya garmen terus mengalami peningkatan. Tercatat terjadi penambahan PHK sebanyak 15.316 orang selama periode Oktober - November 2022.
Mengutip data Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), total tenaga kerja pabrik garmen yang yang kehilangan pekerjaan sampai dengan awal November 2022 mencapai 79.316 orang dari 111 perusahaan.