Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Hulu Energi (PHE) berhasil mendapatkan 4 lapangan minyak dan gas jumbo alias big fish dari hasil eksplorasi lapangan tua sepanjang 2022 hingga paruh pertama 2023. Empat big fish yang ditangkap PHE itu diperkirakan mengandung potensi cadangan sebanyak 249 MMBOE (Million Barrels of Oil Equivalent).
Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi Muharram Jaya Penguriseng mengatakan tangkapan big fish itu sepenuhnya berasal dari hasil eksplorasi lapangan yang sudah relatif tua.
Menurut Muharram, beberapa pendekatan dan adopsi anyar dalam eksplorasi lapangan tua belakangan justru menunjukkan hasil temuan cadangan migas yang terbilang signifikan. Muharram mengatakan pihaknya bakal melakukan eksplorasi lebih intensif pada eksplorasi sejumlah lapangan tua sembari mengembangkan pemetaan pada open area lainnya.
“Jangan menyepelekan lapangan tua, ternyata di lapangan tua tahun lalu kami berhasil dapat 3 big fish,” kata Muharram di Jakarta, Rabu (17/5/2023).
Adapun ketiga lapangan jumbo hasil eksplorasi sepanjang 2022 itu terletak di Wilayah Kerja (WK) Offshore North West Java (ONWJ) tepatnya pada struktur GQX dengan potensi cadangan mencapai 106 MMBOE. Selanjutnya lapangan Manpatu 1-X dengan potensi cadangan sebanyak 43 MMBOE dan Lapangan Wilela dengan kandungan 47 MMBOE.
Sementara itu, temuan big fish awal tahun ini diidentifikasi pada lapangan North Sumatra Offshore (NSO) tepatnya pada sumur eksplorasi NSO R2 dengan potensi kandungan 53 MMBOE.
Baca Juga
“Kita upakan penentuan status eksplorasi [PSE] segera dan bisa monetisasi, Manpatu sendiri sudah plan of development (PoD) sekarang sudah intens dengan SKK untuk persetujuan PoD,” kata dia.
Sementara itu sepanjang 2022 PHE telah melakukan 23 tajak sumur eksplorasi dengan validasi tambahan cadangan sebesar 345 MMBOE. Adapun dari jumlah tajak itu 22 sumur eksplorasi sudah mendapatkan status PSE. Sementara, PHE telah melakukan kegiatan 2D seismic survey sepanjang 2.032 kilometer dan 3D seismic survey 412 kilometer persegi.
“Di tahun ini sudah tajak 11 sumur pada akhir kuartal 3 dan 4 akan lebih banyak lagi karena ada beberapa kendala terkait dengan pembebasan lokasi, tapi mudah-mudahan target kita bisa lebih besar dibandingkan 2022,” tuturnya.
Di sisi lain, PHE menganggarkan belanja modal atau capital expenditure untuk rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2023 sebesar US$5,7 miliar atau setara dengan Rp86,26 triliun (asumsi kurs Rp15.134 per US$).
Besaran belanja modal itu naik 78,12 persen dari realisasi anggaran sepanjang 2022 yang berada di angka US$3,2 miliar atau setara dengan Rp48,47 triliun.
Adapun, porsi alokasi belanja modal untuk rencana merger dan akuisisi PHE tercatat naik signifikan ke level US$1,5 miliar atau setara dengan Rp22,7 triliun pada tahun ini. Padahal, realisasi anggaran yang digunakan untuk merger dan akuisisi pada 2021 dan 2022 hanya berada di angka masing-masing US$41 juta dan US$27 juta.
“Realisasi Maret untuk capex sudah US$431 juta untuk mendukung kegiatan tersebut dengan 73 drilling rigs dan 133 well intervention rig, diharapkan produksi kita produksinya 68 persen minyak dan 44 persen di gas,” kata Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi Wiko Migantoro saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (10/4/2023).
Pertamina saat ini mengelola produksi migas sebesar 1,02 juta BOEPD dari 65 blok migas yang berada di dalam negeri dan internasional dengan besaran cadangan P1 yang dikelola mencapai 2,2 BBOE.
Kendati demikian, PHE melaporkan sejumlah lapangan tua yang saat ini dikelola Pertamina mengalami penurunan produksi alamiah atau declined rate lebih dari 50 persen.