Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha memperkirakan kinerja perdagangan Indonesia hingga akhir 2023 masih akan menghadapi tantangan yang cukup berat seiring ketegangan geopolitik yang tengah berlangsung, serta meningkatnya persaingan negara-negara di kawasan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia April 2023 terkoreksi 17,62 persen secara bulanan menjadi US$19,29 miliar. Penurunan terjadi pada ekspor komoditas migas sebesar 5,95 persen maupun komoditas nonmigas yang turun 18,33 persen.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan, dampak situasi global seperti perang Ukraina dengan Rusia juga bakal terus memberikan dampak terhadap perdagangan Indonesia ke depannya.
“Prospek kinerja dagang Mei 2023 serta sisa tahun ini akan menghadapi tantangan yang cukup berat dengan tumbuhnya negara pesaing baru, Kamboja dan Myanmar, di samping kekuatan dagang Vietnam merupakan pesaing terkuat,” ujar Benny kepada Bisnis, Senin (15/5/2023).
Dia pun berharap seluruh pihak, khususnya pemerintah serta pelaku usaha untuk berhati-hati serta terus meningkatkan produktivitas.
Selain itu, Benny pun mengingatkan bahwa makin sulitnya pelaku usaha memperoleh bahan baku untuk industrinya bakal berdampak buruk terhadap kinerja perdagangan Indonesia.
Baca Juga
Hal tersebut tercermin dari kinerja impor periode April 2023 turun 22,32 persen year-on-year (yoy) menjadi US$15,35 miliar. Impor nonmigas turun 22,27 persen yoy sejalan dengan melandainya impor mesin/perlengkapan elektrik. Berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang modal turun 36,66 persen yoy dan barang baku penolong turun 23,26 persen secara tahunan.
“Kita harus lebih berhati-hati dan meningkatkan produktivitas. Kalau penurunan impor bahan baku untuk industri manufaktur akan berdampak negatif karena produksi industri manufaktur akan menurun, kecuali bahan baku yang turun impornya sudah bisa dipenuhi oleh industri bahan baku dari dalam negeri [subtitusi Impor],” jelas Benny.
Sebelumnya, BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia pada April 2023 sebesar US$19,29 miliar. Nilai tersebut menyusut jika dibandingkan dengan nilai ekspor April tahun lalu (year-on-year/yoy) atau Maret 2023 (month-to- month/mtm).
Jika dilihat berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor nonmigas mencapai US$18,03 miliar. Sementara itu, nilai ekspor migas sebesar US$1,26 miliar.
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi mengatakan, nilai ekspor nasional pada April 2023 turun 29,40 persen secara yoy. Penurunan ini lebih dalam jika dibandingkan dengan penurunan bulan sebelumnya, yakni sebesar 11,63 persen secara yoy.
"Ekspor migas April 2023 turun 12,18 persen dibandingkan April 2022, untuk nonmigas April 2023 juga turun 30,35 persen dibandingkan April 2022," kata dia dalam konferensi pers, Senin (15/5/2023).
Sementara itu, jika dilihat secara mtm nilai ekspor terkoreksi 17,62 persen. Penurunan terjadi pada ekspor komoditas migas sebesar 5,95 persen maupun komoditas nonmigas sebesar 18.33 persen.
Menurut Imam, penurunan nilai ekspor secara bulanan disebabkan oleh adanya momentum libur Idulfitri. Berkurangnya hari kerja pada April lalu mengakibatkan penurunan aktivitas ekspor nasional.
Jika lebih detail, komoditas-komoditas yang mengalami koreksi bulanan secara signifikan adalah logam mulia atau perhiasan sebesar 52,3 persen, bahan bakar mineral sebesar 12,04 persen, dan minyak hewan nabati sebesar 20,45 persen.
"Penurunan ekspor migas sebesar 5,95 persen, hal ini dikarenakan minyak mentah turun sebesar 59,37 persen dan juga gas turun sebesar 7,95 persen," ucap Imam.