Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data neraca perdagangan, ekspor, dan impor pada Senin (15/5/2023).
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada April 2023 akan mengalami penurunan tipis menjadi sebesar US$2,7 miliar, dari bulan sebelumnya US$2,91 miliar.
Faiz mengatakan, pada periode tersebut, kinerja ekspor diperkirakan terkontraksi hingga -12,5 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Di sisi lain, kinerja impor pada April 2023 diperkirakan meningkat sebesar 7,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
“Ekspor diperkirakan menurun karena didorong oleh harga CPO [minyak sawit] yang turun hampir 8 persen pada bulan April,” katanya kepada Bisnis, Jumat (12/5/2023).
Sementara itu, Faiz mengatakan, pertumbuhan positif pada kinerja impor dipengaruhi oleh peningkatan bahan baku untuk restock inventory pasca-Lebaran.
Baca Juga
Pada kesempatan berbeda, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan neraca perdagangan pada April 2023 berpotensi surplus sebesar US$3,25 miliar.
Namun demikian, secara tahunan, Faisal mengatakan bahwa kinerja perdagangan pada April 2023 cenderung menurun, dengan ekspor dan impor yang diperkirakan kembali terkontraksi, bahkan lebih dalam dari periode bulan sebelumnya.
Kinerja ekspor pada April 2023 diperkirakan terkontraksi sebesar -21,20 persen secara tahunan, lebih dalam dari kontraksi bulan sebelumnya sebesar 11,33 persen yoy.
Kondisi ini sebagian besar dipengaruhi oleh high base effect, juga normalisasi harga komoditas di pasar global.
“Kontraksi pada kinerja ekspor sebagian besar disebabkan oleh high base effect karena libur Lebaran tahun lalu jatuh pada Mei 2022. Selain itu, harga komoditas terus menurun di tengah pertumbuhan global yang melambat,” katanya.
Sementara itu, Faisal memperkirakan pertumbuhan impor akan terkontraksi sebesar -7,50 persen yoy pada April 2023, juga lebih dalam dari kontraksi -6,26 persen yoy pada Maret 2023.
Kontraksi ini dipengaruhi oleh produksi domestik dan kegiatan investasi yang melambat di tengah periode libur Lebaran.
“Aktivitas terkait investasi cenderung melambat di tengah penurunan harga komoditas dan tingkat suku bunga yang tinggi,” katanya.