Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alarm Krisis Perbankan AS: Indeks Saham Perbankan Nyaris Sentuh Level Tahun 2007

Saham bank Amerika Serikat yang terus menurun menjadi bukti kekhawatiran investor mengenai stabilitas sistem perbankan.
First Republic Bank. Source: Bloomberg.
First Republic Bank. Source: Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Kekhawatiran mengenai solvabilitas bank-bank regional Amerika Serikat semakin meningkat, setelah First Republic Bank mengalami kegagalan. Akibatnya saham-saham bank merosot, hingga  indeks keuangan S&P 500 hampir jatuh di bawah titik tertinggi pada tahun 2007. 

Tentunya hal ini membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan krisis tersebut. Sebagai gambaran, setelah krisis kredit pada tahun 2008 butuh lebih dari satu dekade bagi indeks tersebut untuk pulih.

Manajer hedge fund dan pendiri Roppel Capital Management Jim Roppel mengatakan bahwa Indeks sektor keuangan telah berada di atas titik tertinggi tahun 2007 sejak Januari 2021. 

Jika saat ini indeks turun melewati batas tersebut, hal ini akan menjadi buruk bagi pasar saham karena dapat memberikan tekanan bagi bank untuk menghemat modal, mengurangi pinjaman, dan memberikan beban tambahan bagi ekonomi yang berisiko resesi, setelah kenaikan suku bunga The Fed.

Dalam membahas mengenai gejolak pasar saham pada bank, ketakutan mengenai stabilitas sistem perbankan telah membayangi para investor. 

Walaupun pada hari Jumat (5/6/2023) spekulasi penjualan berlebihan telah berakhir karena harga saham sudah naik, masih banyak saham perbankan yang merosot dengan tajam. Contohnya Western Alliance Bancorp turun 27 persen dan PacWest Bancorp yang merosot 43 persen. 

Dalam momen penurunan saham, investor individu juga membeli saham-saham tersebut. Dalam seminggu sampai Rabu (3/5), mereka membeli  saham Bank of America Corp., Truist Financial Corp., dan SoFi Technologies Inc., menurut data Peng Cheng dari JPMorgan Chase & Co.

Tentunya ada kekhawatiran terus-menerus di Wall Street bahwa kekacauan di antara bank regional dapat memperketat penyaluran pinjaman. Para pelaku pasar memperkirakan kerugiannya akan sangat besar, dan memprediksi The Fed akan melonggarkan kebijakan moneter segera setelah Juli untuk merangsang ekonomi.

Namun, Kepala investasi dari Laffer Tengler Investments Nancy Tengler mengatakan bahwa saat ini masih terlalu dini untuk membeli saham bank yang tengah merosot. Sebagai gantinya, ia lebih fokus pada saham teknologi dan saham berkaitan dengan konsumen, yang akan menguntungkan dari penurunan suku bunga.

Pada hari Jumat (5/6) pemulihan pasar saham dipicu oleh data tenaga kerja bulanan yang lebih kuat dari perkiraan di bulan April. Walaupun meredakan ketakutan mengenai resesi,  saham-saham keuangan di indeks tersebut kehilangan 2,7 persen selama lima sesi.

CEO Advisors Asset Management Scott Colyer mengatakan bahwa indeks S&P 500 harus turun ke level 3.600 atau lebih rendah agar dia lebih optimis tentang saham. Pada hari Jumat (5/6), S&P 500 ditutup di level 4.136.

"Kita harus melihat sektor keuangan memimpin jalan bagi pasar saham untuk berada dalam tren naik yang berkelanjutan - tapi itulah yang tidak terjadi," Ucap Colyer, mengutip dari pemberitaan Bloomberg (8/5). 

Colyer juga menyarankan untuk tidak mengambil risiko dalam mencari keuntungan yang dapat merugikan diri Anda sendiri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper