Bisnis.com, JAKARTA – Penyesuaian tarif Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek dinilai memungkinkan dilakukan mengingat skema subsidi pada moda ini yang semakin membebani anggaran pemerintah dan meningkatnya kemampuan pengguna dalam membayar.
Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian dan Angkutan Antarkota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Aditya Dwi Laksana mengatakan penyesuaian tarif KRL Jabodetabek sebenarnya dapat dilakukan.
Bahkan, Aditya menyebutkan kenaikan tarif merupakan sebuah keharusan mengingat harga yang berlaku saat ini belum mengalami perubahan selama sekitar 7 tahun.
Aditya menjelaskan, penyesuaian tarif diperlukan untuk mengurangi beban pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dia menjelaskan, anggaran negara sejauh ini sudah cukup terbebani oleh skema subsidi atau Public Service Obligation (PSO) pada KRL Jabodetabek
Menurutnya, dana subsidi tersebut sebaiknya dikurangi dan dialokasikan pada moda transportasi lain, terutama di wilayah yang tingkat pendapatan per kapitanya masih rendah. Dia mencontohkan dana subsidi KRL Jabodetabek dapat dialihkan ke KRL Jogja-Solo yang tingkat pendapatan masyarakatnya lebih rendah dibandingkan dengan DKI Jakarta.
“Rencana usulan kenaikan tarif yang sebelumnya beredar juga sebenarnya secara per kilometer tidak terlalu besar,” jelas Aditya saat dihubungi, Jumat (5/5/2023).
Baca Juga
Selain itu, dia juga menilai kemampuan masyarakat pengguna KRL Jabodetabek untuk membayar tarif yang lebih tinggi sudah cukup memadai. Hal ini mengingat tingkat Upah Minimum Regional (UMR) yang terus mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Kenaikan upah tersebut, lanjut Aditya, secara tidak langsung turut mengerek naik kemampuan pelanggan KRL Jabodetabek untuk membayar tarif yang lebih tinggi.
Lebih lanjut, Aditya juga mengingatkan agar masalah penyesuaian tarif KRL ke depannya tidak memasukkan pertimbangan politis. Dia menuturkan, kondisi riil di lapangan sudah cukup mendukung untuk dilakukan kenaikan tarif KRL Jabodetabek.
“Kalau pemerintah menghadapi masalah beban APBN, salah satu opsi yang bisa diambil ya penyesuaian tarif ini, BBM dan tarif dasar listrik saja juga naik,” pungkasnya.
Sebelumnya, PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter menjelaskan soal beredarnya isu tarif KRL Jabodetabek bakal naik usai Lebaran 2023.
VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba menyebutkan, sebelumnya beredar kabar di media sosial terkait rencana penyesuaian tarif KRL setelah masa libur Lebaran 2023. Dia menuturkan, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 25/2023 yang telah diterima PT KCI pada April lalu, tidak ada kenaikan tarif untuk KRL Jabodetabek.
“Dapat kami informasikan bahwa tidak ada penyesuaian tarif untuk KRL Jabodetabek, yang mengalami kenaikan itu KA Lokal Merak,” katanya saat ditemui di Kantor KAI Commuter, Rabu (3/5/2023).
Anne menuturkan, harga tiket KRL Jabodetabek yang berlaku saat ini masih tarif eksisting. Secara rinci, untuk 25 kilometer pertama penumpang membayar Rp3.000. Sementara itu, untuk setiap 10 kilometer berikutnya adalah Rp1.000.