Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bye Windfall Commodity! Ekonomi Indonesia Kuartal I/2023 Bakal Melambat

Ekonom membeberkan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal melambat pada kuartal I/2023. Salah satunya terkait windfall commodity.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2023 akan melambat seiring dengan tak ada laginya berkah komoditas atau windfall commodity seperti yang terjadi pada 2022. 

Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky menyampaikan meski tidak mendapat ‘durian runtuh’ seperti tahun lalu, untuk kuartal I/2023 ini ekonomi Indonesia masih akan tumbuh positif sebesar 4,92 persen year-on-year (yoy). 

“Mengingat harga komoditas yang terus turun dan prospek ekonomi global yang suram, Indonesia mungkin tidak tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya di akhir 2022,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (4/5/2023). 

Neraca perdagangan Indonesia telah melewati akhir dari windfall commodity. Penurunan harga komoditas dapat menurunkan surplus perdagangan Indonesia pada 2023 karena ekspor masih bergantung pada bahan mentah dan komoditas. 

“Sebagai akibat dari penurunan surplus barang, neraca transaksi berjalan dapat terkoreksi pada 2023,” lanjut Riefky. 

Lebih lanjut, Riefky mengatakan estimasi penurunan surplus perdagangan sebagian telah tercermin dalam surplus perdagangan yang lebih rendah pada kuartal I/2023 dibandingkan dengan surplus di kuartal IV/2022 karena turunnya baik ekspor maupun impor.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kondisi surplus pada Maret 2023 disumbang oleh ekspor sebesar US$23,5 miliar dengan impor mencapai US$20,59 miliar.

Perolehan surplus tersebut juga jauh lebih rendah pada Maret 2023, sebesar US$2,91 miliar, dengan periode Maret 2022 yang mengantongi surplus sebesar US$4,53 miliar.  

Sementara itu, pelemahan yang terjadi seiring dengan kondisi perekonomian global yang melemah. Bahkan pertumbuhan ekonomi global dikoreksi ke bawah menjadi 2,8 persen pada 2023. 

Pertumbuhan tahunan neraca perdagangan terutama disebabkan oleh pembukaan kembali ekonomi China. 

“Berlanjutnya surplus neraca perdagangan barang serta membaiknya aliran modal masuk telah memperkuat sektor eksternal dan membantu menstabilkan Rupiah pada kuartal I/2023,” katanya. 

Adapun, dari sisi inflasi yang cukup terkendali di level 4,33 persen pada April 2023, kemungkinan akan kembali ke target BI sebesar of 3±1 persen pada September tahun ini setelah low base effect menghilang.

Sementara secara tahunan atau full year, Riefky memproyeksi ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 4,9 hingga 5 persen. 

Adapun, konsensus ekonom Bloomberg memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2023 berada di kisaran 4,9 persen, relatif berada di antara target pemerintah yang berada di level 5 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper