Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia akan menyusut pada akhir 2023 jika dibandingkan dengan capaian tahun lalu.
Neraca perdagangan Indonesia pada akhir 2023 diperkirakan akan mencatat surplus US$45,54 miliar, turun dibandingkan dengan surplus pada 2022 yang mencapai $54,46 miliar.
Penurunan nilai surplus dagang tersebut kata Josua disebabkan oleh kinerja ekspor yang tertahan sejalan dengan tren normalisasi harga komoditas di pasar global.
“Penurunan ini diperkirakan diakibatkan oleh normalisasi harga komoditas global, sehingga ekspor cenderung melandai lebih dalam dibandingkan dengan kinerja impor,” katanya kepada Bisnis, Minggu (16/4/2023).
Sementara untuk periode Maret 2023, Josua memperkirakan neraca perdagangan Indonesia akan membukukan surplus sebesar US$3,88 miliar, menyusut dari bulan sebelumnya yang sebesar US$5,48 miliar.
Penurunan ini disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor, seiring dengan penurunan harga komoditas ekspor Indonesia, terutama baru bara. yang terkontraksi hingga 9,8 persen secara bulanan pada Maret 2023.
Baca Juga
Di sisi impor, Josua mengatakan secara bulanan impor berpotensi meningkat, yang didorong oleh naiknya kebutuhan akan bahan pangan menjelang Ramadan.
Namun demikian, pertumbuhan impor tahunan masih cenderung terkontraksi pada periode Maret 2023.
“Ekspor pada Maret diperkirakan terkontraksi sebesar 19,4 persen secara tahunan dari bulan sebelumnya masih tumbuh 4,5 persen, sementara impor terkontraksi 20,4 persen secara tahunan, dari sebelumnya terkontraksi sebesar 4,32 persen,” jelas Josua.