Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif meminta agar pengerjaan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan tak molor.
Proyek RDMP ini didesain untuk meningkatkan kapasitas pengolahan yang semula 260 kilo barrel per day (kbpd) menjadi 360 kbpd dengan peningkatan kualitas dari Euro II menjadi Euro V.
“Ini kali kedua saya berkunjung kemari. Kunjungan pertama di sekitar lokasi proyek ini masih rata tanahnya, sekarang sudah banyak bangunan konstruksi yang sudah terbangun. Mudah-mudahan proyek ini tidak telat,” ujar Arifin saat meninjau proyek Refinery Development Master Plan Balikpapan, dikutip dari siaran pers, Jumat (7/4/2023).
Proyek RDMP Balikpapan merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dilaksanakan oleh PT Kilang Pertamina Balikpapan (KBI). Proyek RDMP Balikpapan didesain untuk meningkatkan kapasitas pengolahan yang semula 260 kbpd menjadi 360 kbpd dengan peningkatan kualitas dari Euro II menjadi Euro V.
Proyek tersebut meliputi pembangunan, new workshop & warehouse, residual fluid catalytic cracking (RFCC) feed tank, boiler, new flare BPP II, FCC & FCC NHT, dan Terminal Lawe-Lawe Facilities.
Proyek RDMP Balikpapan akan didukung dengan pendanaan yang berasal dari Export Credit Agency dan Commercial Bank dengan target pendanaan US$3,1 miliar atau setara dengan Rp46,18 triliun (asumsi kurs Rp14.898 per US$). Ini merupakan kali pertama proyek kilang di Indonesia didanai oleh ECA.
Baca Juga
Proyek dengan nilai investasi mencapai US$7,2 miliar atau setara dengan Rp107,26 triliun itu menyerap tenaga kerja sebanyak 20.250 pekerja pada fase proyek dan 600 orang pada fase operasi. Proyek ini juga didorong untuk dapat menyerap tingkat kandungan dalam negeri hingga 30 persen hingga 35 persen.
Selain pemenuhan kebutuhan bahan bakar nasional, Kilang Balikpapan juga nantinya akan memproduksi produk petrokimia, yaitu Propylene sebesar 225 KTPA yang akan menjadi feedstock dari New Polypropylene (PP) Balongan guna substitusi produk impor.
Dengan progres overall per Maret 2023 yang sudah mencapai 62,13 persen, PSN ini ditargetkan selesai secara bertahap pada 2024-2025 untuk dapat segera memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menambahkan, Pertamina berkomitmen penuh untuk penguatan ketahanan energi nasional. Dalam kesempatan tersebut, Nicke juga mengapresiasi dukungan Arifin yang telah mendukung penyelesaian sejumlah PSN yang sedang dikerjakan Pertamina.
Sebelumnya, otoritas energi dan sumber daya mineral melaporkan anjloknya realisasi investasi dari pengerjaan Refinery Development Master Project (RDMP) Refinery Unit V Balikpapan sepanjang 2022 lalu.
Saat itu, realisasi investasi pengembangan kilang yang dikerjakan PT Kilang Pertamina Internasional hanya mencapai US$137 juta setara dengan Rp2,07 triliun (asumsi kurs Rp15.143 per US$). Torehan itu hanya mengambil porsi 11,9 persen dari target awal investasi yang dipatok US$1,15 miliar setara dengan Rp17,41 triliun sepanjang tahun lalu.
Corporate Secretary PT KPI Hermansyah Y. Nasroen menerangkan, rendahnya realisasi investasi saat itu disebabkan karena adanya kendala pada pencairan penyertaan modal serta kajian perpajakan.
“Deviasi investasi di RDMP Balikpapan terjadi antara lain karena ada beberapa kendala terkait realisasi penyertaan modal serta kajian perpajakan,” kata Hermansyah kepada Bisnis belum lama ini.
Selain itu, Hermansyah menambahkan, susutnya realisasi investasi pengembangan Kilang Balikpapan itu juga dipengaruhi pandemi 2 tahun belakangan. Kendati demikian, dia memastikan aktivitas investasi hingga operasi kembali meningkatkan seiring dengan pelandaian pandemi sejak kuartal ketiga 2022.
“Pelaksanaan proyek kembali meningkat aktivitasnya sehingga secara keseluruhan realisasi progres fisik 2022 mencapai 58,34 persen dibandingkan target 57,85 persen,” kata dia.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun Kementerian ESDM, kendala investasi pengembangan Kilang Balikpapan itu disebabkan karena adanya kendala finansial kontraktor yang belakangan berdampak pada overdue payment pada vendor, supplier, manufacturer dan subcontractor construction sehingga kemajuan proyek terhambat.
Selain itu, penyertaan modal PT KPI untuk PT Kilang Pertamina Balikpapan (PT KPB) tidak dapat direalisasikan dengan mempertimbangkan persetujuan financial model RDMP Balikpapan (Februari 2022) dan realisasi penyertaan sampai dengan 2021 dan kajian perpajakan (Maret 2022) atas pembayaran asset under construction dimasukkan pada RKAP 2023 sehingga secara kumulatif mencapai target equity PT KPI di PT KPB.