Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) mencapai US$1 miliar atau setara dengan Rp15,18 triliun, asumsi kurs Rp15.189 untuk pengembangan dan pembangunan kilang baru tahun ini.
SVP Strategy & Investment PT Pertamina (Persero) Daniel S. Purba mengatakan alokasi investasi itu sebagian besar bakal difokuskan untuk percepatan penyelesaian program refinery development master plant (RDMP) Balikpapan yang ditarget beroperasi atau commissioning pada akhir tahun depan.
“Balikpapan sebagian akan selesai partially tahun ini, sudah dari targetnya itu, kita commissioning sebagian bisa di 2024,” kata Daniel, Kamis (24/2/2023).
Daniel menerangkan fokus investasi yang diberikan pada proyek Balikpapan itu diambil lantaran rencana pengembangan kilang itu sudah menunjukkan kemajuan rekayasa, pengadaan dan konstruksi (EPC) yang relatif signifikan.
Adapun proyek yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan minyak mentah dari 260.000 barel per hari (bpd) menjadi 360.000 bpd itu sudah menunjukkan kemajuan konstruksi hingga 60 persen pada awal tahun ini.
Nantinya, kompleksitas Kilang Balikpapan akan ikut terkerek ke poin 8.8 dari posisi saat ini di kisaran 4.4. Sementara kualitas produk dari Kilang Balikpapan ditargetkan sudah setara dengan EURO 5.
Baca Juga
Di sisi lain, Daniel mengatakan, proyek pembangunan kilang baru atau grass root refinery (GRR) Tuban belakangan dipastikan tertunda dari rencana operasi pada 2027.
“Tertunda karena perang, sekarang sedang kita usahakan supaya ini bisa lebih pasti lagi karena memang tidak gampang ya, kapan perang ini selesai,” kata dia.
Dengan demikian, kata dia, porsi investasi belum diarahkan pada pengerjaan kilang baru yang dikerjasamakan dengan perusahaan minyak asal Rusia, Rosneft tersebut.
Adapun, proyek kilang baru itu diperkirakan membutuhkan dana mencapai US$13,5 miliar atau setara dengan Rp205,05 triliun. Nantinya kilang Tuban bakal memproduksi 300.000 barel minyak per hari (bph) dengan kualitas produk EURO 5.
“Karena GRR belum mulai konstruksi investasi itu akan besar serapannya kalau sudah kontruksi sekarang ini kan masih penyiapan lahan, belum ada pengadaan barang kilangnya,” kata dia.
Tingginya harga minyak di pasar global menjadi momentum pemerintah untuk mengevaluasi proyek kilang di dalam negeri, apalagi Pertamina baru saja melakukan penyesuaian harga BBM dan LPG nonsubsidi. Kebijakan ini dilakukan di tengah depresiasi rupiah sehingga berisiko mengerek nilai impor BBM dan LPG.
PT Pertamina (Persero) membutuhkan dana investasi senilai US$40 miliar atau sekitar Rp569,44 triliun (kurs Rp14.236 per dolar Amerika Serikat) untuk bisa menyelesaikan proyek-proyek kilang yang tengah dijalankan. Dalam portofolio bisnisnya, terdapat 14 proyek kilang yang ditargetkan rampung hingga 2027.
Direktur Pengembangan Bisnis PT Kilang Pertamina Internasional Joko Widi Wijayanto mengatakan bahwa proyek-proyek kilang Pertamina rencananya akan meningkatkan kapasitas pengolahan menjadi 1,5 juta barel per hari dari kapasitas saat ini sekitar 1 juta barel per hari.
Proyek itu juga akan meningkatkan kapasitas produksi Pertamina dari kemampuan saat ini yang hanya 729.000 barel per hari menjadi 1,5 juta barel per hari.