Bisnis.com, JAKARTA — Lowongan pekerjaan Amerika Serikat diketahui mencapai level terendah dalam hampir dua tahun terakhir pada bulan Februari. Data ini memberikan sinyal bahwa kondisi pasar tenaga kerja akhirnya mereda.
Sebagai informasi, dalam kondisi normal, pasar tenaga kerja yang kuat merupakan kabar baik. Akan tetapi saat ini hal tersebut menjadi berita buruk.
Pasar tenaga kerja yang kuat akan menyulitkan AS menurunkan inflasi sesuai dengan target The Fed, yakni 2 persen.
Dengan melemahnya pasar tenaga kerja AS, hal ini memungkinkan The Fed untuk mempertimbangkan menghentikan kenaikan suku bunga acuan.
Sementara itu, penurunan lowongan pekerjaan lebih besar dari perkiraan yang dilaporkan Departemen Tenaga Kerja. Kendati demikian pasar tenaga kerja secara umum masih kuat.
Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja bulanan atau laporan JOLTS, menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan ukuran permintaan kerja, turun 632.000 menjadi 9,9 juta pada hari terakhir bulan Februari, level terendah sejak Mei 2021.
Baca Juga
Diketahui bahwa data tersebut turun sebanyak 1,3 juta dalam dua bulan pertama tahun ini.
"Bisa dibilang laporan ini memberikan bukti pertama pelonggaran kondisi pasar tenaga kerja, yang tetap sangat ketat," kata Conrad DeQuadros, penasihat ekonomi senior di Brean Capital di New York.
Mengutip dari Reuters (5/4/2023), berdasarkan dari ekonom yang disurvei, penurunan tersebut dipimpin oleh sektor jasa profesional dan bisnis. Usaha kecil dan menengah yang telah menjadi pendorong pertumbuhan pekerjaan, menyumbang sebagian besar penurunan.
Walaupun penurunan lowongan menunjukan bahwa kenaikan suku bunga The Fed untuk memerangi inflasi mulai membuahkan hasil. Dengan latar belakang pengetatan standar pinjaman bank, beberapa ekonom mengkhawatirkan pelemahan tajam di pasar tenaga kerja. Contohnya, diketahui bahwa telah terjadi banyak PHK sebagian di sektor teknologi dan perumahan.
Selain itu, diketahui bahwa jumlah orang yang secara sukarela berhenti dari posisinya meningkat 146.000 menjadi 4,0 juta. Pengunduran diri sebagian besar terjadi di bisnis kecil.
"Keadaan karyawan yang lebih stabil seharusnya memberikan kontribusi dalam penurunan jumlah lowongan pekerjaan dalam beberapa bulan mendatang, karena semakin sedikit orang yang keluar dari pekerjaan mereka akan mengurangi jumlah lowongan pekerjaan baru," tutur Sarah House, ahli ekonomi senior di Wells Fargo di Charlotte, North Carolina, mengutip dari Reuters (5/4/2023).
House kemudian melanjutkan bahwa penggajian yang tidak lagi menjadi masalah, tren melemahnya tingkat pengunduran diri seharusnya membantu dalam mengurangi pertumbuhan upah lebih lanjut.
Pemutusan hubungan kerja dan penghentian kontrak berkurang sebanyak 215.000 menjadi 1,5 juta, terutama terjadi pada bisnis kecil dan menengah. Tingkat pemutusan hubungan kerja berkurang menjadi 1,0 persen dari 1,1 persen pada bulan Januari.
Mengutip dari Reuters (5/4/2023), Ben Ayers, ekonom senior di Nationwide di Columbus, Ohio, mengatakan "Perusahaan mempertahankan pekerja karena pasar tenaga kerja yang ketat, tetapi mulai berpikir dua kali untuk menambahkan lebih banyak biaya ke pembukuan mereka," tuturnya.