Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan bahwa inflasi pada bulan yang bertepatan pada Ramadan tahun ini, yaitu Maret 2023, relatif lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan inflasi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang sama, di masa Ramadan, pada tahun sebelumnya.
Satu penyebabnya adalah perbedaan jumlah hari pada awal Ramadan. "Maret ini memang kebetulan bertepatan dengan dimulainya bulan Ramadan, jadi relatif lebih rendah dari Ramadan tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya hampir satu bulan full, sementara di tahun ini awal Ramadan hampir sekitar 10 hari," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (3/4/2023).
Selain itu, inflasi juga tertahan oleh sejumlah komoditas. Tarif air minum PDAM yang memberikan andil cukup besar terhadap deflasi atau sebesar 0,07 persen.
"Kemudian ada komoditas lain yang menyumbang delfasi, yaitu bawang merah itu 0,04 persen , cabai merah 0,02 persen," katanya.
Adapun, inflasi pada Maret 2023 sebesar 0,18 persen (month-to-month/mtm). Sementara pada periode Ramadan tahun lalu atau pada 2022, terjadi inflasi sebesar 0,95 persen (mtm).
Baca Juga
Inflasi pada awal Ramadan tahun ini juga lebih rendah dari periode Ramadan 2019, yaitu sebesar 0,68 persen.
Meski demikian, tren inflasi Ramadan tahun ini masih lebih besar bila dibandingkan dengan periode 2020 (0,08 persen mtm) dan pada 2021 (0,13 persen mtm).
Lebih lanjut, Pudji menyampaika bahwa inflasi Ramadan tahun ini perlu mewaspadai kenaikan harga beberapa komoditas yang berpotensi melonjak dengan tingginya demand atau permintaan menjelang Hari Raya Idulfitri.
“Seperti tarif angkutan udara, daging sapi, daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, dan lain lain,” tambahnya.
Bila melihat trennya, tarif angkutan udara sejak 2020 memberikan andil inflasi paling utama dalam masa Ramadan dan Idulfitri. Pada 2020 mencapai 0,08 persen, untuk 2021 sebesar 0,04 persen, dan pada 2022 berada di level 0,07 persen.
Sementara itu, inflasi yang cenderung melambat pada Maret 2023 meski sudah memasuki Ramadan, akibat permintaan yang belum tinggi. Ramadan pada Maret 2023 juga terjadi pada 10 hari terakhir bulan Maret.
“Permintaan menjelang Ramadan tidak setinggi dengan kondisi sebelum pandemi, karena pola konsumsi masyarakat belum 100 persen kembali normal, artinya dari sisi permintaan belum tinggi,” ujarnya.