Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) masih mengkaji ihwal permintaan pasokan gas khusus dari PT Pupuk Indonesia (Persero) untuk pengembangan pabrik blue ammonia yang ditenggat beroperasi komersial pada 2030 mendatang.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi mengatakan, lembaganya masih melakukan diskusi lebih lanjut bersama dengan Pupuk Indonesia ihwal pasokan bahan baku sumber energi baru tersebut.
“Diskusi-diskusi masih berlangsung dan belum ada informasi mengenai besaran volume maupun indikasi harga. Tentunya mempertimbangkan kemampuan pasokan hulu migas,” kata Kurnia saat dihubungi, Kamis (30/3/2023).
Kendati demikian, Kurnia memastikan, neraca gas domestik mendatang diproyeksikan bakal mengalami kelebihan pasokan atau oversupply lantaran potensi cadangan yang relatif tinggi di Indonesia.
Misalkan, kata Kurnia, potensi gas yang besar dari Blok Andaman dan Masela dipastikan dapat menopang rencana Pupuk Indonesia mengembangkan pabrik blue ammonia tersebut di sejumlah kawasan yang berdekatan dengan dua lapangan gas prospektif tersebut.
“Kami akan tetap berpedoman pada arah kebijakan pemanfaatan gas nasional yaitu untuk kebutuhan domestik, serta akan memformulasikan besaran dan formula harga jual yang mampu menjaga keekonomian lapangan sesuai plan of development [PoD] sehingga menghasilkan penerimaan negara yang optimal,” tuturnya.
Baca Juga
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan Indonesia bakal mengalami surplus gas mencapai 1.715 MMscfd yang berasal dari beberapa proyek potensial dalam 10 tahun ke depan. Adapun, potensi gas bumi Indonesia cukup menjanjikan dengan cadangan terbukti sekitar 41,62 Tcf.
Indonesia juga masih memiliki 68 cekungan potensial yang belum tereksplorasi untuk ditawarkan kepada investor. Di sisi lain, sejumlah proyek potensial, seperti Masela akan mulai berproduksi setelah pertengahan dekade ini dan proyek IDD yang diharapkan dapat mendukung produksi LNG Bontang. Selain itu, Wilayah Kerja Andaman dan Agung diharapkan ikut berkontribusi dalam jangka panjang.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pupuk Indonesia tengah meminta kepastian pasokan gas khusus untuk pengembangan pabrik blue ammonia yang saat ini masuk dalam tahap studi kelayakan atau feasibility study bersama mitra internasional.
Pasokan gas dari hulu itu diharapkan dapat memberi kepastian investasi serta kelanjutan bisnis energi bersih holding pupuk pelat merah tersebut.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan, pihaknya telah menyampaikan permintaan itu kepada pemerintah seiring dengan pembicaraan lanjutan bersama dengan sejumlah mitra yang telah berkomitmen bergabung pada proyek tersebut. Malahan, Bakir berharap pemerintah dapat memberi kepastian pasokan gas itu untuk kontrak jangka panjang minimal 15 tahun nantinya.
“Kita lihat nanti berapa [volume] potensinya, yang penting kalau investasi pabrik blue ammonia ini kita minta gas itu ada dalam waktu 15 tahun dalam jumlah yang tetap,” kata Bakir saat ditemui selepas acara Pupuk Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF), Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Di sisi lain, Bakir menambahkan, pihaknya telah menggandeng sejumlah perusahaan rekanan kebanyakan manufaktur dan energi asal Jepang untuk membentuk perusahaan patungan atau joint venture pada proyek blue ammonia tersebut. Selain dari sisi investasi dan teknologi, kerja sama strategis itu diharapkan dapat menjamin kepastian pembeli atau off taker di sisi komersial produksi nanti.
“Saat ini, country’s commitment yang punya hanya Jepang sebanyak 3 juta ton [untuk pembelian blue & green ammonia] itu salah satu pembelinya asal negara, kita mesti bersaing dengan pabrik seluruh dunia, makanya kami banyak kerja sama dengan perusahaan Jepang,” tuturnya.
Seperti diketahui, sebagian besar proyek green ammonia dan blue ammonia dari Pupuk Indonesia sudah memasuki tahapan studi kelayakan. Rencananya konstruksi pabrik paling cepat dapat dilakukan pada 2027 dengan jadwal operasi dipatok pada 2030.
Adapun, untuk pengembangan blue ammonia, Pupuk Indonesia berencana untuk membangun pabrik di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe, Sumatra Selatan, Jawa Barat, dan Pulau Yamdena bersebelahan dengan lapangan gas Abadi Masela.
Pupuk Indonesia telah menggandeng beberapa mitra besar, di antaranya Mitsui, Energi Mega Persada - Gebang, PGN, Pertamina, Mitsubishi Corporation, hingga INPEX.
Beriringan dengan itu, Pupuk Indonesia juga telah menggandeng mitra potensial lainnya untuk pengembangan green ammonia. Beberapa mitra itu, di antaranya PLN, TOYO, ACWA Power, Pertamina, Mitsubishi Corporation, dan IHI Corporation.