Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Menteri I Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury menargetkan inisiasi pabrik green & blue ammonia dari PT Pupuk Indonesia (Persero) dapat mulai berproduksi pada 2030 mendatang. Produksi sumber energi bersih dari pengolahan ammonia ini diharapkan dapat mencapai 3,09 juta ton.
Pahala berharap Pupuk Indonesia dapat mempercepat pembangunan pabrik green & blue ammonia tersebut untuk mengejar potensi pasar energi bersih yang makin tumbuh.
“Kami pikir permintaan untuk blue dan green ammonia akan tumbuh signifikan tergantung dari prediksi yang kita gunakan,” kata Pahala saat membuka acara Pupuk Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF), Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Adapun, volume perdagangan ammonia saat ini mencapai 21 juta ton di seluruh dunia. Namun, pada 2030, volume perdagangan ammonia untuk sumber energi diprediksi mencapai 30 juta ton.
Sementara berdasarkan hitung-hitungan International Renewable Energy Agency (IRENA), pasar green ammonia pada 2030 mendatang ditaksir dapat mencapai US$852 juta, jauh melebihi posisi pasar sepanjang 2019 yang berada di angka US$17 juta.
Selama rentang itu, IRENA mencatat, tingkat pertumbuhan tahunan majemuk atau compound annual growth rate (CAGR) untuk pasar green ammonia mencapai 43 persen.
Baca Juga
Di sisi lain, IRENA memprediksi 12 persen dari konsumsi energi dunia bakal beralih ke hidrogen pada 2050 mendatang. Dengan demikian, Pahala meminta lusinan kesepakatan kerja sama yang telah dibuat Pupuk Indonesia bersama dengan mitra potensial dalam dan luar negeri dapat terealisasi tahun ini.
“Kami harap banyaknya MoU yang telah ditandatangani dapat diterjemahkan ke dalam pengembangan proyek yang signifikan,” tuturnya.
Berdasarkan peta jalan pengembangan, Pupuk Indonesia menargetkan penambahan produksi blue & green ammonia pada 2040 dan 2050 masing-masing di angka 4,45 juta ton dan 6,96 juta ton secara bertahap.
“Jadi saya pikir yang terpenting Pupuk Indonesia dapat menjalankan proyek ini dengan berbagai ekosistem yang ada, untuk dapat mengembangkan energi hijau pada pasar global tidak hanya di Indonesia,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pupuk Indonesia tengah meminta kepastian pasokan gas khusus untuk pengembangan pabrik blue ammonia yang saat ini masuk dalam tahap studi kelayakan bersama mitra internasional. Pasokan gas dari hulu itu diharapkan dapat memberi kepastian investasi serta kelanjutan bisnis energi bersih holding pupuk pelat merah tersebut mendatang.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan, pihaknya telah menyampaikan permintaan itu kepada pemerintah seiring dengan pembicaraan lanjutan bersama dengan sejumlah mitra yang telah berkomitmen bergabung pada proyek tersebut. Malahan, Bakir berharap pemerintah dapat memberi kepastian pasokan gas itu untuk kontrak jangka panjang minimal 15 tahun nantinya.
“Kita lihat nanti berapa [volume] potensinya, yang penting kalau investasi pabrik blue ammonia ini kita minta gas itu ada dalam waktu 15 tahun dalam jumlah yang tetap,” kata Bakir.
Di sisi lain, Bakir menambahkan, pihaknya telah menggandeng sejumlah perusahaan rekanan kebanyakan manufaktur dan energi asal Jepang untuk membentuk perusahaan patungan atau joint venture pada proyek blue ammonia tersebut. Selain dari sisi investasi dan teknologi, kerja sama strategis itu diharapkan dapat menjamin kepastian pembeli atau off taker di sisi komersial produksi nanti.
“Saat ini, country’s commitment yang punya hanya Jepang sebanyak 3 juta ton [untuk pembelian blue & green ammonia] itu salah satu pembelinya asal negara, kita mesti bersaing dengan pabrik seluruh dunia, makanya kami banyak kerja sama dengan perusahaan Jepang,” tuturnya.
Seperti diketahui, sebagian besar proyek green ammonia dan blue ammonia dari Pupuk Indonesia sudah memasuki tahapan studi kelayakan. Rencananya konstruksi pabrik paling cepat dapat dilakukan pada 2027 dengan jadwal operasi dipatok pada 2030.
Adapun, untuk pengembangan blue ammonia, Pupuk Indonesia berencana untuk membangun pabrik di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe, Sumatra Selatan, Jawa Barat, dan Pulau Yamdena bersebelahan dengan lapangan gas Abadi Masela.
Pupuk Indonesia telah menggandeng beberapa mitra besar, di antaranya Mitsui, Energi Mega Persada - Gebang, PGN, Pertamina, Mitsubishi Corporation, hingga INPEX.
Beriringan dengan itu, Pupuk Indonesia juga telah menggandeng mitra potensial lainnya untuk pengembangan green ammonia. Beberapa mitra itu, di antaranya PLN, TOYO, ACWA Power, Pertamina, Mitsubishi Corporation, dan IHI Corporation.