Bisnis.com, JAKARTA – Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan bahwa negara berkembang, khususnya negara di kawasan Asean, saat ini masih menghadapi tekanan dan gejolak global yang tinggi.
Jalur Keuangan Keketuaan Indonesia di Asean 2023 akan mengangkat tiga pilar strategis, yang salah satunya adalah rebuilding regional growth, connectivity, and new competitiveness (recovery rebuilding).
Dody mengatakan, negara di kawasan Asean memiliki permasalahan yang sama, yaitu inflasi, scarring effect, dan laju kenaikan suku bunga yang tinggi, akibat pandemi Covid-19 dan tensi geopolitik Rusia dan Ukraina.
Dengan demikian, dibutuhkan strategi kebijakan yang sama untuk negara di kawasan mengatasi berbagai gejolak global yang berdampak pada volatilitas aliran modal asing dan nilai tukar.
Hal ini disampaikan Dody dalam acara Media Briefing Asean Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM), Senin (27/3/2023).
“Semua negara Asean dampaknya relatif sama karena kita emerging markets yang terkena spillover dari kebijakan negara maju. Oleh karena itu, penting bagaimana kita melakukan kebijakan normalisasi yang seharusnya memiliki kemiripan yang sama, dalam mengatasi volatilitas aliran modal dan nilai tukar pada saat tekanan dari global muncul,” kata dia.
Baca Juga
Dody mengatakan, untuk mengatasi tantangan tersebut, BI akan mendorong implementasi bauran kebijakan sebagai acuan untuk mengatasi berbagai gejolak tersebut, sehingga bank sentral tidak hanya mengandalkan kebijakan suku bunga dan likuiditas.
Saat ini, bauran kebijakan atau policy mix telah diimplementasikan oleh sejumlah negara di kawasan, diantaranya Indonesia, Singapura, Thailand, dan Malaysia.
“Kita coba membahas bersama bagaimana normalisasi kebijakan yang kita gunakan secara berbaur, bauran kebijakan, jadi tidak hanya mengandalkan kebijakan konvensional suku bunga dan likuiditas, tapi bagaimana juga mengimplementasikannya dengan kebijakan lain karena dinamika permasalahan saat ini telah meluas,” kata Dody.