Bisnis.com, JAKARTA - Kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, terendam banjir pada Jumat (17/3/2023) lalu. Meski berhasil ditangani, ada catatan besar yang membekas dan perlu dikaji lebih lanjut oleh pemerintah, maupun Otorita IKN.
Sebagai informasi, lokasi banjir bukan di kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP) IKN yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan infrastruktur dasar. Adapun, lokasi banjir berada di Desa Pamaluan, Kel. Sepaku, yang memang merupakan area eksisting dan sudah berkembang.
Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna, mengatakan penting bagi pemerintah untuk mengkaji pembangunan di area permukiman yang sudah lama ada di sekitar IKN. Artinya, urgensi analisis dampak lingkungan (AMDAL) tak hanya di wilayah pusat pemerintahan, tapi juga mencakup kawasan permukiman di sekitar KIPP.
"Nanti kan itu bagian dari Ibu Kota, kalau wilayah intinya nggak kebanjiran tapi wilayah penduduk [lokal] malah kebanjiran kan nggak lucu. Jadi harus dipetakan dahulu sumber penyebab utama banjirnya itu, potensi banjirnya," ujar Yayat kepada Bisnis, Senin (27/3/2023).
Menurutnya, tidak mengherankan fenomena banjir terjadi di wilayah Kecamatan Sepaku, karena diapit oleh beberapa sungai seperti Sungai Sepaku, Sungai Sesumpu, dan Sungai Tengin. Untuk itu, dia mendorong pengkajian kondisi saluran sungai tersebut.
Tak kalah penting, potensi curah hujan pun perlu dipertimbangkan untuk memberikan langkah efektif dalam penanggulangan bencana air ke depannya.
Baca Juga
"Kalau itu tidak diketahui, maka otomatis ini akan menjadi catatan besar, bahwa ternyata mungkin di Sepaku itu sangat rentan mudah tergenang karena sistem drainase belum maksimal, karena wilayah itu wilayah di luar kawasan intinya," ujarnya.
Di sisi lain, dia juga mempertanyakan apakah genangan air yang menyebabkan banjir tersebut merupakan imbas dari perubahan bentang ruang akibat pembangunan IKN.
Pasalnya, wilayah Sepaku dikenal dengan pepohonan yang rindang, sehingga ketika aliran air tidak meresap maka ada kemungkinan terjadi perubahan bentang alam sehingga resapan air tidak optimal.
"Tapi, kalau misal genangannya disitu tidak lama, 1 jam kemudian surut, berarti mungkin ada saluran yang terhambat, atau misalnya ada kondisi yang tidak tertampung, tapi kalau genangan cepat hilang sih no problem," terangnya.
Diberitakan sebelumnya, Sekretaris Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), Achmad Jaka Santos Adiwijaya, menerangkan sejumlah faktor disinyalir menjadi penyebab banjir, seperti hujan di hulu, gorong-gorong yang tidak optimal, erosi, sedimentasi, dan pendangkalan sungai.
Namun, dia memastikan bahwa banjir telah surut pada Sabtu (18/3/2023) pagi. Untuk mengatasi banjir di kawasan sekitar IKN, khususnya Kelurahan Sepaku, OIKN dan pemangku kepentingan lainnya tengah membangun infrastruktur seperti bendung, embung, dan retensi kolam-kolam.
Selain itu, pembangunan infrastruktur pengendali banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan penyusunan Rencana Pengelolaan DAS terpadu di IKN serta rehabilitasi hutan dan lahan oleh BPDAS Mahakam Berau juga telah dilakukan.
Jaka menyebutkan pada 20 Maret, OIKN akan mengadakan rapat koordinasi dengan seluruh pihak terkait untuk membahas rencana penanganan jangka pendek, menengah, dan panjang dalam pencegahan dan penanggulangan banjir.
Dia menegaskan komitmen OIKN dalam memperhatikan risiko dan penanggulangan bencana termasuk banjir di wilayah yang terkena, termasuk di Kelurahan Sepaku, serta upaya untuk meminimalisir dampak bencana dan menjaga keselamatan masyarakat.
Pihaknya pun telah mengidentifikasi potensi banjir di beberapa area di Kelurahan Sepaku, mengingat wilayah tersebut merupakan daerah dataran rendah yang rentan terkena banjir.