Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) disebut akan mengumumkan hasil uji kelayakan atau due diligence pembelian 35 persen hak partisipasi yang ingin dilepas Shell Upstream Overseas Ltd di proyek LNG Abadi Blok Masela bulan depan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menuturkan, kesiapan Pertamina itu juga sempat disampaikan ke pimpinan Inpex Corporation, selaku operator Blok Masela, saat lawatan kerja ke Jepang pekan lalu.
“Ketemu sekilas, mereka menunggu. Sekarang sedang dilakukan due dilligence, kalau angkanya pas, mudah-mudahan April Pertamina ambil keputusan,” kata Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (17/3/2023).
Di sisi lain, Arifin menuturkan, sejumlah perusahaan hulu minyak dan gas (migas) belakangan juga tertarik untuk ikut membeli hak partisipasi yang ditinggalkan Shell di salah satu blok gas terbesar di dunia tersebut.
Dia berharap ketertarikan sejumlah perusahaan migas itu dapat mendorong investasi yang masif untuk pengembangan proyek yang ikut menjadi prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan nilai investasi mencapai US$19,8 miliar tersebut.
“Selain Pertamina, ada lagi beberapa yang ingin masuk, pokoknya ada tunggu saja,” kata Arifin.
Baca Juga
Diberitakan sebelumnya, Pertamina disebut perlu menyiapkan anggaran paling sedikit US$1,4 miliar atau setara dengan Rp21 triliun untuk mengakuisisi participating interest Shell sebesar 35 persen di Blok Abadi Masela.
Berdasarkan data SKK Migas, Shell telah mengucurkan US$875 juta untuk mengakuisisi PI 35 persen di Blok Abadi Masela dan mengucurkan investasi senilai US$700 juta sehingga total dana yang telah dikeluarkan Shell untuk pengembangan lapangan tersebut sudah mencapai US$1,4 miliar.
Di samping itu, Pertamina juga masih harus menyiapkan anggaran senilai US$6,3 miliar untuk modal kerja di Masela dalam 5 tahun ke depan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk subholding hulu tahun ini diarahkan sebagian untuk biaya akuisisi hak partisipasi Shell di proyek LNG Abadi Blok Masela.
Subholding Upstream Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menganggarkan capex sebesar US$5,7 miliar atau setara dengan Rp86,26 triliun (asumsi kurs Rp15.134 per US$) pada rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun ini.
Besaran belanja modal itu naik 78,12 persen dari realisasi anggaran sepanjang 2022 yang berada di angka US$3,2 miliar atau setara dengan Rp48,47 triliun.
“Iya betul [sebagian investasi Masela],” kata Nicke selepas rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Seperti diketahui, porsi alokasi belanja modal untuk rencana merger dan akuisisi PHE tercatat naik signifikan ke level US$1,5 miliar atau setara dengan Rp22,7 triliun pada tahun ini. Padahal, realisasi anggaran yang digunakan untuk merger dan akuisisi pada 2021 dan 2022 hanya berada di angka masing-masing US$41 juta dan US$27 juta.
Selain itu, PHE juga tengah menargetkan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) untuk rencana ekspansi portofolio tahun ini. Salah satunya terkait dengan investasi di Blok Masela tersebut.
Adapun, nilai emisi yang ditargetkan PHE dalam IPO berada di kisaran Rp8 triliun hingga Rp9 triliun.