Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id : Dampak Pulihnya Ekonomi China hingga Tuah Tol Jokowi

Berita tentang pemulihan ekonomi China bersama dengan sejumlah berita menarik lainnya menjadi pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini, Kamis (2/3/2023).
Ilustrasi top 5. Sumber: Canva
Ilustrasi top 5. Sumber: Canva

Bisnis, JAKARTA — Meski dibayangi perseteruan dengan Amerika Serikat, China terlalu penting untuk terus dibiarkan menutup wilayahnya. Sebagai pasar konsumen terbesar dan importir terbesar kedua di dunia, pembukaan kembali China akan berdampak pada pergerakan ekonomi dunia.

Berita tentang pemulihan ekonomi China menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Kamis (2/3/2023):

 

1. Target Bos AJB Bumiputera Menyoal Jual Aset Demi Bayar Klaim

Dalam rangka untuk optimalisasi pembayaran utang klaim yang tertunda, Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 tengah mempersiapkan penjualan berbagai aset perusahaan.

AJB Bumiputera 1912 memproyeksikan penjualan atau pelepasan serta optimalisasi aset hingga saham dapat mencapai sekitar Rp2 triliun. Langkah tersebut dilakukan untuk membayar utang klaim pemegang polis pada tahun ini.

Adapun skema penjualan saham perusahaan mutual yang berdiri sejak 1912 itu memiliki kepemilikan saham di PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk. (MREI) sebesar 14,84 pada 30 September 2022. Penjualan saham tersebut akan bergantung pada harga saham MREI.

2. Mengukur Dampak Pemulihan Ekonomi China bagi Indonesia dan Dunia

Suka atau tidak suka, dunia menantikan ekonomi China kembali dibuka untuk dunia, sebab akan berdampak pada pergerakan ekonomi dunia. IMF menyebut, bersama India, China akan menjadi penyumbang penting bagi pertumbuhan dunia pada tahun 2023.

Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas dalam paparan World Economic Outlook Januari 2023 menyebut China dan India sebagai pasar negara berkembang yang menonjol. Menurut Gourinchas ekonomi negara berkembang secara keseluruhan diperkirakan akan tumbuh 4 persen pada 2023 dan 4,2 persen pada 2024.

Ekonomi China diperkirakan tumbuh 5,2 persen pada 2023 dan 4,5 persen pada 2024. Prediksi itu lebih tinggi dari pertumbuhan 3 persen pada tahun 2022.  Ketahanan kebutuhan rumah tangga, penurunan harga energi, pasar tenaga kerja yang ketat, dan pembukaan kembali disebut IMF sebagai beberapa faktor positif bagi China.

Namun, IMF juga memperingatkan bahwa perang di Rusia-Ukraina dapat memengaruhi perkiraan kini, tak terkecuali pertumbuhan ekonomi China. 


 

3. Kronologi Rencana Impor Kereta Bekas yang Dikritik

PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) berencana mengimpor kereta bekas dari Jepang sebagai pengganti sebagian armada KRL-nya yang harus dipensiunkan. Meski mendapat penolakan dari Kemenperin, pengelola sistem transportasi angkutan cepat komuter itu belum menyerah.

Untuk merealisasikan rencananya, Kereta Commuter Indonesia (KCI) sejatinya telah menyampaikan izin kepada pihak terkait, seperti Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Perdagangan yang kemudian meneruskan surat itu kepada Kementerian Perindustrian.

Salah satu yang dalih mendasari impor kereta bekas adalah kebutuhan peremajaan kereta di satu sisi, sedangkan di sisi lain industri dalam negeri, dalam hal ini INKA, tidak bisa memenuhi kebutuhan pengadaan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan KCI.

KCI berencana melakukan peremajaan 10 rangkaian KRL yang harus dipensiunkan pada 2023, dan 16 lainnya akan menyusul setahun setelahnya.


4. Maju Mundur 'Suntik Mati' PLTU Batu Bara

Rencana 'suntik mati' alias pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara menjadi salah satu program transisi energi yang diharapkan bisa mempercepat target net zero emission (NZE) yang dipatok pemerintah pada 2060.

Pemerintah melalui Kementerian ESDM setidaknya mengusulkan PLTU Cirebon, PLTU Pelabuhan Ratu, dan PLTU Paiton masuk dalam program pensiun dini bersama 30 PLTU lainnya. Sayangnya, rencana percepatan pensiun dini PLTU masih terkesan setengah hati meskipun titik tumpu untuk menjalankan program tersebut bisa dibilang sudah makin kuat.

Menteri ESDM Arifin Tasrif juga sebelumnya menegaskan bahwa kebijakan pensiun dini PLTU tidak akan merugikan badan usaha. Menurut Arifin karena prinsipnya aset PLTU tersebut akan dibeli kemudian dioperasikan dengan waktu yang lebih cepat untuk penghentiannya.

Namun, kini Kementerian ESDM sendiri malah mendorong pengembang pembangkit listrik untuk mulai mengoptimalkan investasi pada peningkatan program bahan bakar pendamping batu bara atau co-firing.

 

5. Menghitung Dampak 1.800 Kilometer Jalan Tol Bikinan Jokowi

Masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo dipenuhi dengan masifnya pembangunan tol hingga 1.800 kilometer di sejumlah provinsi di Indonesia. Namun, bagaimana dampaknya?

Pemerintah setidaknya telah membangun infrastruktur jalan tol sepanjang 2.599 kilometer (KM) di seantero Negeri. Lebih dari separuhnya dikerjakan selama dua periode kepemimpinan mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Kendati demikian capaian tersebut masih jauh dari target Jokowi yang ingin membangun 4.500-5.000 km jalan tol hingga akhir 2024. Artinya, Jokowi masih harus membangun sekitar 2.000-2.500 kilometer jalan tol baru untuk mencapai targetnya.

Adapun, sejak 1978-2014 total panjang jalan tol yang beroperasi di Indonesia mencapai 789,82 km. Kemudian, di bawah kepemimpinan Jokowi, panjang jalan tol yang beroperasi bertambah sekitar 1.800 kilometer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper