Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Belum Sepakat Soal Formula Baru Harga Batu Bara Acuan

Pemerintah belum sepakat soal metode pembenahan formula pembentuk harga batu bara acuan (HBA).
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum sepakat soal metode pembenahan formula pembentuk harga batu bara acuan (HBA).

Sejumlah rumusan yang ditawarkan seperti opsi menaikkan persentase Indonesia Coal Index (ICI) dari indeks lainnya serta menghapus indeks Newcastle Export Index (NEX) dan Globalcoal Newcastle Index (GCNC) belakangan tidak diambil kementerian. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif disebutkan ingin suatu formula pembentuk HBA yang lebih bersifat fleksibel di tengah fluktuasi harga komoditas energi primer saat ini. Artinya saat harga batu bara kembali , formula pembentuk HBA dapat mengikuti penurunan itu secara otomatis. 

“Pemerintah juga berhati-hati kalau harga kembali bagaimana,” kata Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Irwandy Arif saat acara Mining for Journalist, Sabtu (25/2/2023).

Irwandy menuturkan kementeriannya sudah mencoba sejumlah simulasi untuk menyusun formula pembentuk HBA yang relatif fleksibel mengikuti fluktuasi harga komoditas emas hitam tersebut. Hanya saja, kementerian belum sampai pada satu kesepakatan akhir. 

Seperti diketahui, HBA Februari 2023 berada di angka US$ US$277,05 per ton atau turun 9,2 persen dari harga acuan bulan sebelumnya di level US$305,21 per ton. 

Sementara berdasarkan data rekapitulasi Kementerian ESDM per 24 Februari 2023, harga jual batu bara dengan nilai kalori 3.400 kcal GAR (gross caloric value) berada di angka US$61,69 per ton, 4.200 GAR berada di level US$74,48 per ton, 4.700 GAR dijual dengan harga US$93,2 per ton, 5.500 GAR dibanderol di harga US$125,6 per ton dan 6.000 GAR berada di angka US$193,33 per ton. 

Dengan demikian, terdapat selisih harga jual dari HBA sebagai patokan tarif royalti yang terpaut lebar yang mesti ditanggung pelaku usaha. 

“Sekarang sedang dicari dalam proses yang paling benar dan bagus walau ada gejolak harga tapi dia itu tetap sejalan antara HBA dengan harga jual itu,” kata dia. 

Seperti diketahui, HBA diperoleh dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8 persen, Total Sulphur 0,8 persen, dan Ash 15 persen.

Adapun NEX dan GCNC adalah indeks yang digunakan untuk memperhitungkan harga batu bara asal Australia yang relatif lebih mahal dengan kalori tinggi. Sementara eksportir Indonesia mayoritas menggunakan ICI dan Platt’s untuk penjualan komoditas mereka dengan harga dan kalori yang lebih rendah. 

“Semenjak formula HBA belum direvisi tentu akan berdampak pada eksportir kita karena kita terbebani oleh disparitas HBA yang jauh lebih tinggi dari harga jual kita,” kata Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia saat dihubungi, Jumat (20/1/2023). 

Konsekuensinya, kata dia, kebijakan tarif royalti yang diterapkan sekarang maksimal 13,5 persen dari harga jual per ton secara progresif bagi perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) sudah melebihi ambang batas di dalam praktinya. 

“Ketika HBA [Januari] US$305,21 per ton itu jadi patokan tarif royalti, tetapi kita jualnya menggunakan ICI kita terima US$200 per ton ini sudah beda yang disebut decoupling, kita terima duit US$200 per ton tapi bayar royalti berdasarkan US$305,21 per ton,” kata dia. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper