Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

6 Kabar Baik dari Bos BI: Ekonomi RI, Inflasi, hingga Rupiah

Simak 6 kabar baik atau optimisme Bank Indonesia (BI) terkait kondisi ekonomi RI. Mulai dari inflasi, penyaluran kredit, hingga nilai tukar rupiah.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (16/2/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (16/2/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) optimistis dengan kondisi ekonomi Indonesia, tercermin dari langkahnya menahan suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen. Simak deretan optimisme BI terkait perekonomian RI. 

Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan bahwa menahan suku bunga acuan tersebut sebagai langkah lanjutan untuk secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking.  

"Hal ini dilakukan untuk memastikan berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan," ungkap Perry dalam konferensi pers, Kamis (16/2/2023). 

Dalam hasil RDG Februari 2023, BI menunjukkan optimismenya mengacu pada proyeksi pertumbuhan global yang terus membaik seiring dengan China yang mencabut kebijakan zero covid policy

Keputusan BI dalam menahan suku bunga acuan sebelumnnya telah diramal oleh para ekonom. Berdasarkan hasil survei Bloomberg yang dipublikasikan pada Kamis, 16 Januari 2023, sebanyak 26 dari 28 ekonom memproyeksikan BI tidak menaikkan suku bunga, sementara 2 ekonom lainnya melihat ada potensi kenaikan 25 basis poin.

Berikut 6 kabar baik atau optimisme BI soal kondisi ekonomi Indonesia pada 2023

1.  Pertumbuhan ekonomi global

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berpotensi lebih tinggi dari prakiraan 2,3 persen sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi China berpotensi lebih tinggi dengan permintaan domestik yang meningkat sejalan pembukaan ekonomi China pascapenghapusan zero covid policy

Meski demikian, BI masih memperkirakan perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa melambat dengan risiko resesi yang masih tinggi. 

Sementara itu, inflasi global menurun secara gradual dipengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan perbaikan gangguan rantai pasokan. Inflasi yang melandai diperkirakan mendorong kebijakan moneter ketat di negara maju mendekati titik puncaknya.  

2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 

Tercatat, secara keseluruhan untuk 2022 ekonomi tumbuh 5,31 persen (year-on-year/yoy), jauh meningkat dari capaian tahun sebelumnya sebesar 3,70 persen (yoy). 

Untuk tahun 2023, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan cenderung bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3 persen. Kinerja ekspor berpotensi akan lebih tinggi dari prakiraan semula didorong oleh pengaruh positif perbaikan ekonomi China. 

Konsumsi rumah tangga akan tumbuh tinggi seiring dengan tidak adanya lagi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Investasi membaik didorong perbaikan prospek bisnis, peningkatan aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berlanjut.

3.  Inflasi

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2023 tercatat 0,34 persen (month-to-month/mtm) atau 5,28 persen (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,51 persen (yoy). Terlihat tekanan inflasi berlanjut turun dan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. 

Penurunan tersebut didorong oleh inflasi inti dan administered prices yang menurun serta inflasi bahan pangan bergejolak (volatile food) yang terjaga. 

“Ke depan, BI meyakini inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1 persen pada semester I 2023 dan inflasi IHK kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen pada semester II 2023. BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah guna memastikan penurunan dan terkendalinya inflasi tersebut,” ungkap Perry. 

4. Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar Rupiah pada 15 Februari 2023 menguat 2,39 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022. 

Apresiasi rupiah tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Filipina (0,99 persen), Thailand (0,85 persen), dan Malaysia (0,27 persen). 

Ke depan, bila sesuai dengan proyeksi BI, rupiah terus menguat sejalan prospek ekonomi yang semakin baik dan fundamental ekonomi yang kuat, sehingga akan mendorong penurunan inflasi lebih lanjut. 

BI juga menjaga stabilitas rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) diperkuat dengan pengelolaan devisa hasil ekspor melalui implementasi TD valas DHE sesuai dengan mekanisme pasar.

 

5.  Penyaluran Kredit 

Pada Januari 2023, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap tinggi mencapai 29,13 persen. Hal tersebut menunjukkan likuiditas perbankan dan perekonomian memadai untuk mendorong berlanjutnya peningkatan kredit/pembiayaan dan pemulihan ekonomi. 

Perkembangan ini sejalan dengan stance kebijakan likuiditas yang akomodatif oleh Bank Indonesia guna mendukung ketersediaan dana bagi perbankan untuk penyaluran kredit/pembiayaan bagi dunia usaha.  

Likuiditas perekonomian juga tetap memadai dalam mendukung kegiatan ekonomi, tecermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang masing-masing tumbuh sebesar 8,5 persen (yoy) dan 8,2 persen (yoy) pada Januari 2023. 

Ke depan, Bank Indonesia akan terus memastikan kecukupan likuiditas untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan stabilitas yang tetap terjaga.

 

6. Transaksi Digital

BI mencatat bahwa transaksi digital perbankan tumbuh 27,96 persen secara tahunan (yoy) pada Januari 2023 menjadi Rp4.900,6 triliun.

Transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat dalam mendorong kegiatan ekonomi. Perkembangan ini ditopang oleh semakin luasnya ekonomi digital dan mudahnya sistem pembayaran digital, serta pesatnya digital banking. 

Nilai transaksi uang elektronik (UE) pada Januari 2023 tumbuh 26,08 persen (yoy) sehingga mencapai Rp36,57 triliun. 

“BI akan terus menjaga stabilitas dan meningkatkan efisiensi transaksi pembayaran cross border melalui penguatan kebijakan dan akselerasi digitalisasi sistem pembayaran untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi,” tutup Perry. 

Beberapa perbankan pun melaporkan peningkatan pesat transaksi digitalnya pada 2022, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI). 

BBCA mencatatkan peningkatan nilai transaksi digital untuk mobile banking 34 persen (yoy) menjadi Rp5.460 triliun selama 2022. Sementara, nilai transaksi internet banking di BCA naik 15,6 persen menjadi Rp17.471 triliun.

BBNI juga mencatatkan peningkatan nilai transaksi mobile banking hingga 30,4 persen (yoy) menjadi Rp802 triliun pada 2022 dengan nilai transaksi tumbuh 26,1 persen (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper