Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan China akan melarang beberapa perusahaan Amerika Serikat (AS) dari kegiatan impor dan ekspor yang berkaitan dengan Negeri Panda dan melarang mereka melakukan investasi baru.
Berdasarkan laporan Reuters, Senin (20/5/2024) kementerian tersebut memasukan General Atomics Aeronautical Systems dalam daftar entitas yang tidak dapat diandalkan, dengan alasan bahwa perusahaan tersebut menjual senjata ke Taiwan.
General Dynamics Land Systems juga termasuk dalam daftar tersebut. Kemudian, berdasarkan media pemerintah, Boeing Defense, Space & Security juga masuk dalam daftar.
Para eksekutif senior dari ketiga perusahaan tersebut dilarang memasuki China, sementara izin kerja mereka akan dicabut, beserta status pengunjung dan tempat tinggal mereka. Selain itu, permohonan terkait yang mereka ajukan tidak akan disetujui.
Sebelumnya, diketahui bahwa Presiden AS Joe Biden baru-baru ini melakukan langkah-langkah pembaruan paling komprehensif terhadap tarif produk asal China.
Biden meningkatkan tarif pada berbagai produk impor dari China, termasuk semikonduktor, baterai, sel surya, mineral-mineral penting, hingga jarum suntik.
Baca Juga
Keputusan ini merupakan langkah yang paling komprehensif dari Biden dan dilakukan jelang Pemilihan Presiden AS untuk mendorong produksi dalam negeri di sektor-sektor penting.
Selain kenaikan yang telah dilaporkan sebelumnya pada baja, aluminium, dan kendaraan listrik, AS juga akan meningkatkan pungutan pada derek pelabuhan dan produk medis asal China.
“Hari ini, kami memenuhi tujuan hukum kami untuk menghentikan tindakan, kebijakan, dan praktik terkait transfer teknologi China yang berbahaya, termasuk gangguan siber dan pencurian siber,” tutur Perwakilan Dagang AS Katherine Tai dilansir dari Bloomberg, Rabu (15/5/2024).
Adapun, perubahan-perubahan ini diproyeksikan akan mempengaruhi sekitar US$18 miliar kinerja impor tahunan AS. Perubahan juga akan berlaku mulai 2024 hingga 2026, dan lebih tepat sasaran dibandingkan dengan tarif flat 60% yang diusulkan Trump.
Hal ini kemudian memicu kemarahan dari China dan dengan tegas menentang keputusan Joe Biden atas peningkatan tarif impor China. Kementerian Perdagangan China bahkan melihat langkah tersebut sebagai manipulasi politik.
Kemudian, China mendesak pemerintahan Biden untuk membatalkan kenaikan bea masuk dan memperbaiki apa yang disebutnya sebagai tindakan yang salah.