Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi AS di Atas Perkiraan, Suku Bunga The Fed Bakal Naik Lagi?

inflasi AS mencapai 6,4 persen pada Januari 2022 (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari proyeksi ekonom.
Logo Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan
Logo Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan

Bisnis.com, JAKARTA - Para pejabat Federal Reserve menekankan perlunya kenaikan suku bunga lebih tinggi dari perkiraan setelah data inflasi terbaru berada di atas ekspektasi.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (15/2/2023), Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan bahwa jika inflasi terus berlanjut jauh di atas target the Fed, bank sentral perlu meningkatkan suku bunga lebih dari perkiraan sebelumnya.

Adapun Presiden The Fed Dallas Lorie Logan mengatakan bank sentral siap untuk melanjutkan kenaikan suku bunga untuk jangka waktu yang lebih lama dari yang diperlukan sebelumnya jika diperlukan untuk menanggapi perubahan dalam prospek ekonomi atau untuk mengimbangi pelonggaran kondisi yang tidak diinginkan.

Kedua pejabat tersebut berdua berkomentar tidak lama setelah data menunjukkan inflasi AS mencapai 6,4 persen pada Januari 2022 (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari proyeksi ekonom.

Adapun inflasi naik 0,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya, didorong oleh harga bensin dan tempat tinggal. Angka ini sesuai dengan ekspektasi para ekonom, namun mencatat kenaikan terbesar dalam tiga bulan terakhir.

Senada, Presiden The Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan bahwa ia yakin para pembuat kebijakan perlu menaikkan suku bunga di atas 5 persen, bahkan mungkin lebih tinggi lagi untuk terus menjinakkan inflasi.

"Kita harus membiarkan data menentukan hal itu. Suku bunga fed funds rate (FFR) akan berada di atas 5 persen. Seberapa banyak di atas 5 persen? Itu akan sangat bergantung pada apa data kita lihat,” ungkapnya seperti dikutip Bloomberg.

Adapun Presiden The Fed New York John Williams memperkirakan bahwa suku bunga acuan mencapai kisaran 5 – 5,5 persen pada akhir tahun, seperti para pejabat the Fed pada bulan Desember.

"Saya rasa dengan kekuatan di pasar tenaga kerja, jelas ada risiko bahwa inflasi akan tetap lebih tinggi dan lebih lama dari yang diperkirakan. Kita mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi dari itu," katanya.

Williams mengatakan ia yakin bahwa suku bunga yang lebih tinggi akan terus menurunkan inflasi menuju target 2 persen the Fed. Namun dia menekankan bahwa pekerjaan the Fed belum selesam sampai di situ.

Para pejabat The Fed telah menaikkan suku bunga secara agresif untuk mencoba mendinginkan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir tahun lalu.

Pada awal Februari, The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin kisaran 4,5 - 4,75 persen, setelah sebelumnya menaikkan 50 bps pada Desember 2022 dan empat kali kenaikan 75 bps sebelumnya.

Pada bulan Desember 2022, para pejabat The Fed mengisyaratkan median suku bunga akan mencapai puncaknya di 5,1 persen tahun ini. Hal itu berarti akan ada dua kali kenaikan 25 bps lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper