Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Inggris (The Bank of England/BoE) memangkas suku bunga acuan ke level paling rendah dalam dua tahun.
Keputusan tersebut telah diprediksi seiring dengan inflasi yang menyentuh angka 4% di saat pasar tenaga kerja melemah.
Dilansir Bloomberg pada Kamis (7/8/2025), lima anggota dari Komite Kebijakan Moneter BoE memilih penurunan sebanyak 0,25 poin ke level 4%, sedangkan empat lainnya memilih bertahan.
Hal itu menyusul perpecahan tiga pihak sebelumnya yang gagal mencapai mayoritas. Ini pun menjadi pertama kalinya dalam 28 tahun sejarah panel di mana dua putaran pemungutan suara diperlukan untuk mencapai hasil yang dapat diterima terkait suku bunga.
Poundsterling melonjak terhadap dolar setelah keputusan tersebut, naik 0,5% menjadi $1,3428. Obligasi pemerintah Inggris (gilts) melemah, mendorong imbal hasil obligasi dua tahun naik enam basis poin menjadi 3,88% karena pasar uang mengurangi taruhan terhadap besarnya pemotongan suku bunga dari Bank of England (BoE) tahun depan.
"Itu adalah keputusan yang sangat seimbang," kata Gubernur Andrew Bailey dalam sebuah pernyataan tertulis. Menurutnya, suku bunga masih berada di jalur penurunan, tetapi setiap pemotongan suku bunga di masa mendatang perlu dilakukan secara bertahap dan hati-hati.
Sebelum keputusan tersebut, para ekonom memperkirakan akan ada lebih sedikit ruang untuk tidak adanya perubahan. Pemungutan suara yang terpecah-pecah ini menggambarkan besarnya perbedaan pendapat di bank sentral Inggris tentang bagaimana menanggapi tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang melemah, disandingkan dengan lonjakan inflasi yang mengkhawatirkan.
Sebaliknya, Federal Reserve AS sejauh ini menghindari pemotongan suku bunga tahun ini untuk mengukur tekanan harga prospektif, yang menuai ejekan dari Presiden Donald Trump.
BOE tetap berpegang pada panduan keseluruhan yang mengarahkan pasar menuju pelonggaran yang lebih bertahap dan hati-hati, serta memperingatkan munculnya kelesuan dalam perekonomian dan menurunnya permintaan tenaga kerja.
Data pajak menunjukkan bahwa perekonomian Inggris telah kehilangan 185.000 lapangan kerja sejak pemerintahan Partai Buruh mengumumkan rencana untuk menaikkan pajak gaji dan upah minimum bagi para pengusaha.
Namun, MPC juga menyatakan bahwa risiko kenaikan inflasi telah bergerak sedikit lebih tinggi sejak Mei, khususnya merujuk pada kenaikan tagihan pangan. Para regulator kini memperkirakan inflasi akan mencapai 4% pada September, naik dari puncak yang diprediksi sebelumnya sebesar 3,7%.