Bisnis.com, JAKARTA – Supply Chain Indonesia (SCI) memprediksi industri pengolahan, perdagangan, dan pertambangan menjadi sektor-sektor potensial yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha jasa logistik pada 2023.
Pelaku usaha perlu melakukan beragam upaya peningkatan, mulai dari sisi sumber daya manusia hingga pemanfaatan big data, untuk memaksimalkan peluang-peluang tersebut.
Chairman SCI Setijadi menjelaskan peluang jasa logistik terbesar pada 2023 diperkirakan pada lapangan usaha industri pengolahan yang pada 2022 berkontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 18,34 persen dari total Rp19.588,4 triliun atau Rp3.591,8 triliun dan tumbuh sebesar 4,89 persen.
Sektor potensial kedua adalah pada lapangan usaha perdagangan yang berkontribusi sebesar 12,85 persen atau Rp2.516,6 triliun dan tumbuh sebesar 5,52 persen. Menyusul di belakangnya adalah segmen pertambangan yang menyumbang sebesar 12,22 persen atau Rp2.393,4 triliun dan tumbuh 4,38 persen.
Guna menangkap peluang itu, Setijadi mendorong penyedia jasa logistik melakukan lima hal. Pertama, meningkatkan kapabilitas melalui standardisasi proses, teknologi, dan SDM.
Kedua, meningkatkan kolaborasi antara penyedia dan pengguna jasa logistik, antar penyedia jasa logistik, serta antara penyedia jasa logistik dan operator fasilitas logistik.
Baca Juga
Ketiga, meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi seperti big data analytics, artificial intelligence, internet of things, dan blockchain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional logistik.
“Selanjutnya, perusahaan juga perlu meningkatkan value added services,” kata Setijadi dalam keterangan resminya, Senin (13/2/2023).
Proses konsolidasi, misalnya, sangat diperlukan pada sektor pertanian, perikanan, dan UMKM karena para pelaku industri ini banyak dan tersebar dengan volume produksi masing-masing yang kecil.
Dia memaparkan, logistik dapat mendorong lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang pada tahun 2022 berkontribusi terhadap PDB sebesar 12,40 persen atau sebanyak Rp2.428,9 triliun, namun hanya tumbuh sebesar 2,25 persen.
Terakhir, perusahaan juga perlu meningkatkan kapabilitas dalam pengelolaan rantai pasok komoditas secara end-to-end. Hal ini akan meningkatkan daya saing komoditas nasional sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap rantai pasok komoditas global.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 sebesar 5,31 persen, lebih tinggi daripada tahun 2021 sebesar 3,70 persen. Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku, ekonomi Indonesia tahun 2022 mencapai Rp19.588,4 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp71,0 juta atau US$4.783,9.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 19,87 persen, diikuti Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 11,97 persen, dan Jasa Lainnya sebesar 9,47 persen.
“Pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan terdapat komponen transportasi penumpang, namun lapangan usaha itu dapat memberikan gambaran perkembangan sektor logistik,” ujarnya.