Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Rebound, ESDM Jelaskan Nasib Harga Pertalite

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyebut harga jual Pertalite saat ini masih di bawah keekonomian.
Pengendara mengisi bahan bakar di SPBU, di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengendara mengisi bahan bakar di SPBU, di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan belum berencana untuk menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, seperti Pertalite dan Solar pada awal tahun ini.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, keputusan itu diambil lantaran harga minyak mentah dunia yang belakangan kembali naik setelah pembukaan aktivitas ekonomi China. 

“Kita lihat terus perkembangan minyak dunia, itu tidak naik terus, naik turun, sekarang mau naik lagi malahan,” kata Tutuka saat konferensi pers daring awal tahun, Senin (30/1/2023).

Dengan asumsi harga minyak yang sempat turun 2 pekan terakhir, Tutuka mengatakan, masih sisa selisih harga yang cukup lebar dengan harga jual Pertalite saat ini. 

“Masih ada sekitar Rp1.000 berapa dengan harga Pertalite saat ini, jadi dengan gap ekonomi masih tinggi itu, kita tidak mengubah Pertalite yang disubsidi itu,” tuturnya. 

Dengan demikian, dia menegaskan harga minyak mentah dunia saat ini masih berada di atas harga keekonomian Pertalite yang disubsidi saat ini. 

Kendati demikian, dia memastikan, evaluasi berkala terus dilakukan otoritas energi dan sumber daya mineral itu untuk memberikan harga yang terjangkau bagi masyarakat mendatang. 

“Tapi kalau ada terjadi perubahan ke bawah, kita akan evaluasi, tapi kalau kita lihat harga minyak itu naik lagi sekarang, kita belum ubah,” tuturnya. 

Seperti diketahui, pertengahan tahun lalu, pemerintah mengerek harga jual Pertalite menjadi Rp10.000 per liter dari posisi sebelumnya di angka Rp7.650 per liter. Sementara itu, Solar subsidi dipatok ke angka Rp6.800 per liter dari level sebelumnya Rp5.150 per liter. 

Harga minyak dunia kembali melonjak seiring dengan bangkitnya ekonomi China, yang sebelumnya terpuruk akibat kebijakan Zero Covid, bakal mengerek permintaan. 

Para pedagang mencari petunjuk baru tentang prospek karena pasar keuangan China telah dibuka kembali setelah liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu. 

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik di atas US$80 per barel, setelah merosot 2 persen pada minggu lalu karena kekhawatiran perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari Bloomberg pada Senin (30/1/2023), pembukaan kembali ekonomi China telah memacu mobilitas, dengan pariwisata domestik hampir 90 persen dari tingkat pra-pandemi. 

Meski demikian, pedagang minyak mentah juga mewaspadai dampak dari larangan Uni Eropa yang akan datang atas impor produk minyak Rusia melalui laut. 

Sementara Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga lagi minggu ini, beberapa investor percaya bahwa bank sentral sekarang mendekati akhir dari siklus pengetatannya, yang telah merugikan dolar. 

"Pembukaan kembali China hampir tidak dihargai ke pasar minyak," analis RBC Capital Markets LLC termasuk Michael Tran mengatakan dalam sebuah laporan dikutip Bloomberg, Senin (30/1/2023). 

Dia memperkirakan WTI mungkin rata-rata US$92 per barel tahun ini. 

"Kami tidak akan terkejut sedikit pun jika posisi terendah tahun ini berakhir menjadi US$72 per barel yang kami lihat tiga minggu lalu," imbuhnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper