Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, menanggapi fenomena pengusaha beramai-ramai menjual hotel mewah miliknya di DKI Jakarta dan Bali.
Sandiaga menampik maraknya penjualan hotel disebabkan oleh rendahnya jumlah kunjungan wisatawan ke dua daerah tersebut.
Selain itu, Menteri yang akrab disapa Sandi itu membantah apabila penjualan hotel disebabkan rencana pemerintah memindahkan ibu kota negara dari DKI Jakarta ke IKN Nusantara.
"Justru terbalik karena sekarang okupansinya sudah mulai meningkat investasi-investasi ini jadi menarik dan banyak yang kemarin mungkin belum bisa bertransaksi karena pandemi," kata Sandi saat dijumpai di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (25/1/2023).
Sandi menuturkan bahwa pada tahun ini menjadi kesempatan yang baik untuk berinvestasi di sektor perhotelan. Selain investor yang membangun hotel dari awal, akuisisi menjadi pilihan menarik bagi investor untuk memanfaatkan pemulihan sektor pariwisata.
"Banyak investor mencari hotel-hotel yang sudah ready untuk di-invest dan dengan renovasi kecil bisa menjadi daya tarik yang luar biasa," ujarnya.
Pada tahun ini, Sandi mengatakan pemerintah menargetkan peningkatan sebanyak dua kali lipat untuk tingkat okupansi hotel, ruang pertemuan, dan kunjungan wisatawan.
"Momentumnya akan semakin meningkat tahun ini berarti ini merupakan peluang investasi dan ada yang ingin mengambil kesempatan berinvestasi dari awal, tapi kalau sudah ada yang jadi ini menarik untuk diakuisisi," ungkapnya.
Wakil Menteri Parekraf (Wamenparekraf), Angela Tanoesodibjo, memaparkan bahwa untuk batas atas target perolehan devisa pariwisata tahun ini mencapai US$5,95 miliar.
Untuk target kunjungan wisatawan Nusantara tahun ini ditargetkan 1,2 miliar mobilisasi sampai dengan 1,4 miliar mobilisasi wisatawan Nusantara.
"Nilai devisa targetnya kita proyeksikan akan mencapai US$2,07 sampai US$5,95 miliar," paparnya.