Bisnis.com, JAKARTA – Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2022 diperkirakan menyusut sejalan dengan permintaan global yang mulai melemah dan turunnya harga komoditas.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data neraca perdagangan, beserta dua data lainnya, di antaranya profil kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia September 2022.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia akan turun menjadi US$4,76 miliar pada Desember 2022, lebih rendah dari capaian pada November 2022 sebesar US$5,16 miliar.
“Permintaan global terus melemah seiring dengan berlanjutnya pengetatan moneter global,” katanya, belum lama ini.
Andry memperkirakan, kinerja ekspor pada Desember 2022 mengalami penurunan, terkontraksi sebesar 0,24 persen (month-to-month/mtm), sementara secara tahunan meningkat sebesar 7,62 persen (year-on-year/yoy).
Penurunan dipicu oleh salah satunya penurunan harga batubara, sementara harga CPO relatif stagnan pada Desember 2022. PMI Manufaktur China, mitra dagang terbesar Indonesia, juga terus menurun dari 49,4 pada November 2022 menjadi 49,0 pada Desember 2022.
Baca Juga
Di sisi lain, dia memperkirakan impor Indonesia pada Desember 2022 akan tumbuh sebesar 1,82 persen mtm. Perkembangan impor dipengaruhi oleh permintaan domestik yang membaik sejalan dengan peningkatan PMI manufaktur, mobilitas masyarakat, dan permintaan musiman di akhir tahun, yang membayangi penurunan harga minyak.
“Namun, secara tahunan, impor terkontraksi sebesar 9,58 yoy karena base effect yang tinggi pada Desember 2021,” jelasnya.
Pada kesempatan berbeda, Kepala EKonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan neraca dagang Desember 2022 akan membukukan surplus sebesar US$4,17 miliar.
“Volume ekspor pada Desember diperkirakan cenderung melambat, terindikasi dari aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia cenderung turun secara bulanan sekalipun rata-rata harga komoditas ekspor seperti CPO dan batubara tercatat naik terbatas,” kata dia.
Sementara itu, kinerja impor menurutnya ditopang oleh impor nonmigas barang konsumsi, sementara impor migas cenderung melambat di tengah tren harga minyak mentah yang cenderung turun pada akhir 2022.
Secara keseluruhan, Josua memperkirakan neraca dagang tahun 2022 akan mencatatkan surplus sekitar US$54.8 miliar, didorong oleh peningkatan ekspor yang lebih cepat dari peningkatan impor.
Ekspor yang meningkat sepanjang 2022 jelas Josua ditopang oleh peningkatan harga komoditas dan volume terutama CPO, batubara, serta mineral dasar.