Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Memahami Resesi Global, Ini Sebab Akibatnya

Kata resesi kembali muncul menjelang akhir 2022 saat IMF mengumumkan adanya pelambatan ekonomi dan inflasi yang meningkat di berbagai negara. Apa penyebabnya?
Ilustrasi resesi global. Dok. Freepik.
Ilustrasi resesi global. Dok. Freepik.

Sejarah Resesi Global

Hingga 2020, menurut IMF, telah terjadi empat resesi global sejak Perang Dunia II, dimulai pada 1975, 1982, 1991, dan 2009. Pada 2020, IMF mengumumkan resesi global baru, yang disebut Great Lockdown, disebabkan dengan penerapan karantina dan langkah-langkah jarak sosial secara luas selama wabah Covid-19. 

Dampak dan tingkat keparahan efek resesi global terhadap suatu negara berbeda-beda berdasarkan beberapa faktor. Misalnya, hubungan perdagangan suatu negara dengan dunia luar menentukan skala dampaknya terhadap sektor manufakturnya. Di sisi lain, kecanggihan pasar dan efisiensi investasi menentukan bagaimana industri jasa keuangan terpengaruh.

Belajar dari sejarah, imbas tren kenaikan inflasi, para ekonom asal Chicago, Amerika Serikat, memproyeksikan The Fed bakal terus mengerek suku bunga acuan dan mempertahankannya maksimal di level 5,5 persen pada tahun ini. 

Sebagai informasi, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sepanjang 2022 sebesar 400 basis poin, tertinggi dalam 40 tahun terakhir. 

“Saya pikir The Fed akan menahan, dan menahan untuk sementara waktu. Inflasi akan turun 200 basis poin sepanjang tahun [2023], mungkin 300 basis poin, tetapi the Fed akan mempertahankan suku bunga di 5,5 persen," ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Rabu (11/1/2023). 

40 tahun lalu atau pada 1970an, ketika inflasi di Amerika Serikat juga memuncak, The Fed terus melonggarkan kebijakan moneter ketika inflasi melambat, yang pada akhirnya inflasi naik lagi. 

Sementara itu, bagi Indonesia, pelambatan ekonomi yang terjadi di negara-negara maju yang juga merupakan pangsa pasar ekspor, berdampak pada sektor manufaktur yang harus melakukan efisiensi karena penurunan permintaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper