Bisnis.com, JAKARTA – Kata resesi mulai muncul menjelang akhir 2022 saat Dana Moneter Internasional (IMF) mengumumkan adanya pelambatan ekonomi dan inflasi yang meningkat di berbagai negara.
Melansir dari Investopedia, Kamis (12/1/2023), resesi global adalah periode penurunan ekonomi yang berkepanjangan di seluruh dunia. Resesi global melibatkan resesi yang kurang lebih tersinkronisasi di banyak ekonomi nasional, karena hubungan perdagangan dan sistem keuangan internasional mengguncang ekonomi dan dampak resesi dari satu negara ke negara lain.
Sebagai contoh, kondisi geopolitik dari Rusia-Ukraina yang menghambat ketersediaan pasokan pangan dan energi sehingga mempengaruhi negara-negara yang bergantung pada kedua negara tersebut.
IMF menggunakan penurunan produk domestik bruto (PDB) per kapita di seluruh dunia sebagai kriteria untuk mengidentifikasi resesi global. Menurut definisi IMF, penurunan output global ini harus bertepatan dengan melemahnya indikator ekonomi makro lainnya, seperti perdagangan, arus modal, dan lapangan kerja.
Memahami Resesi Global
Menurut Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER), pelambatan ekonomi yang baru bisa disebut resesi, ketika gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB) mengalami penurunan selama dua kuartal berturut-turut.
Sementara itu, IMF tidak menentukan jangka waktu minimum untuk menyatakan resesi global. Berbeda dengan beberapa definisi resesi, IMF melihat faktor tambahan di luar penurunan PDB. Harus ada juga kemerosotan faktor-faktor ekonomi lainnya, yang mencakup perdagangan, arus modal, produksi industri, konsumsi minyak, tingkat pengangguran, investasi per kapita, dan konsumsi per kapita.
Baca Juga
IMF dan Bank Dunia (World Bank) mewanti-wanti adanya risiko resesi global pada 2023, bukan hanya untuk negara, juga di negara-negara kecil yang rentan.
Saat ini Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan China secara serentak tengah mengalami pelambatan ekonomi.
“Mulai 2023 dunia menghadapi tahun yang sulit, lebih keras dari tahun sebelumnya. Sepertiga dari ekonomi global akan berada dalam resesi karena AS, UE, dan China semuanya melambat secara bersamaan,” ujar Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dikutip dari Bloomberg, Senin (9/1/2023).
Adapun, Bank Dunia menegaskan bahwa tanpa krisis lain pun pertumbuhan global pada 2023 akan melambat secara signifikan.
Hal tersebut didorong akibat kondisi keuangan negara yang memburuk dan gangguan lanjutan dari perang Rusia-Ukraina.
“Bahkan tanpa krisis lain, pertumbuhan global tahun ini diperkirakan melambat tajam, mencerminkan pengetatan kebijakan sinkron yang bertujuan menahan inflasi yang sangat tinggi, kondisi keuangan yang memburuk, dan gangguan lanjutan dari invasi Rusia ke Ukraina,” kata Bank Dunia dalam laporan ‘Global Economic Prospects’.
Bank Dunia juga melaporkan dari negara-negara yang diproyeksikan perkembangan ekonominya, Rusia menjadi satu-satunya yang akan memiliki pertumbuhan ekonomi minus, yaitu -3,3 persen. Dengan demikian, Bank Dunia meramal Rusia akan mengalami resesi pada tahun ini.