Bisnis.com, JAKARTA – Bank Dunia atau World Bank kembali memangkas angka proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi hanya sebesar 1,7 persen pada 2023. Lantas, apa saja tantangan yang dihadapi Indonesia saat alarm resesi global menyala?
Proyeksi terbaru Bank Dunia jauh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 3 persen, akibat pengetatan moneter yang agresif untuk menekan laju inflasi, kondisi keuangan yang memburuk, dan berlanjutnya gangguan rantai pasok global.
Pelemahan ekonomi pada tahun ini menurut Bank Dunia merupakan salah satu yang terbesar selama hampir 3 dekade.
Akibat permintaan global melemah, volume perdagangan dunia pun diperkirakan melambat dari perkiraan tahun 2022 sebesar 4 persen menjadi hanya 1,6 persen pada 2023.
Ekonomi negara maju utama diproyeksikan melambat secara signifikan, misalnya Amerika Serikat yang diperkirakan hanya tumbuh 0,5 persen, kawasan Eropa 0,0 persen, dan China menjadi 4,3 persen, pada 2023.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga turun dari sebelumnya 5,3 persen menjadi 4,8 persen, yang tetap didukung oleh kuatnya konsumsi swasta.
Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Andry Asmoro mengatakan bahwa perekonomian Indonesia masih akan dibayangi tingginya ketidakpastian ekonomi global.
Dia memandang, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan lebih didorong oleh sisi domestik, karena kinerja ekspor yang berpotensi melambat akibat pelemahan permintaan global.
“Kami melihat bahwa sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bergeser dari sektor eksternal ke sebagian besar sektor domestik, karena kegiatan ekspor diperkirakan akan melemah seiring dengan perlambatan ekonomi global,” katanya, Rabu (11/1/2023).
Andry merincikan terdapat lima faktor yang akan mendukung kuatnya permintaan di dalam negeri pada tahun ini. Pertama, perkiraan inflasi yang akan melandai menuju kisaran 2 hingga 4 persen pada semester II/2023.
Kedua, pencabutan kebijakan PPKM pada akhir 2022 yang dinilai dapat semakin mendorong mobilitas masyarakat dan meningkatkan aktivitas belanja.
Ketiga, persiapan Pemilu 2024. Keempat, dimulainya kembali pembangunan Proyek Strategis Nasional (SPN) yang tertunda akibat pandemi Covid-19, Kelima, rencana pemerintah untuk lebih memperkuat dan memperluas industri hilir.
Menurut Andry, dengan berbagai faktor pendorong tersebut, ekonomi Indonesia masih berpotensi tumbuh sebesar 5,04 persen pada 2023, meski lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di 5,17 persen.
“Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi 5,04 persen pada 2023, menunjukkan ketahanan ekonomi di saat ketidakpastian dan risiko resesi global,” jelasnya.