Bisnis.com, JAKARTA – Eropa berhasil melewati puncak inflasi. Namun masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan bahwa bank sentral akan mengubah kebijakan mereka.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (4/1/2022), laporan menunjukkan inflasi di sejumlah negara Eropa, dari Jerman hingga Spanyol, melandai lebih dari yang diperkirakan para ekonom pada bulan Desember, setelah biaya gas alam menurun dan pemerintah kembali menggelontorkan subsidi.
Namun, penurunan tersebut menutupi tekanan inflasi inti, yang mengecualikan kenaikan harga energi dan makanan. Justru inflasi inti ini lah yang menjadi acuan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) untuk menentukan berapa banyak kenaikan suku bunga acuan.
Seperti di Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) tetap bersikap hawkish meskipun inflasi melambat selama lima bulan berturut-turut. Hal ini membuat pergeseran dalam rencana kebijakan langsung ECB tidak mungkin terjadi.
Presiden ECB Christine Lagarde berencana menaikkan suku bunga acuan masing-masing sebesar 50 basis poin pada pertemuan bulan depan dan bulan berikutnya.
Proyeksi ECB terbaru menunjukkan inflasi tidak akan mencapai target 2 persen hingga akhir tahun 2025.
Baca Juga
“Puncak inflasi mungkin memang telah dilewati, tetapi masalahnya adalah inflasi bertahan tetap tinggi. Oleh karena itu, keputusan (suku bunga) Februari sudah ditetapkan." kata kepala strategi Danske Bank A/S Piet Christiansen.
Menyusul sikap yang jelas-jelas agresif pada pertemuan ECB bulan Desember, para ekonom memperkirakan bahwa bank sentral masih akan menaikkan suku bunga acuan masing-masing 50 bps dalam dua kali pertemuan.
Pelaku pasar memperkirakan hal serupa, meskipun mereka memangkas prediksi target suku bunga setelah Spanyol melaporkan data inflasi yang lebih lemah dari perkiraan.
Inflasi Spanyol tercatat mencapai 5,6 persen year-on-year pada bulan Desember, turun dari 6,7 persen pada bulan sebelumnya. Selain itu, tingkat inflasi juga menurun di Portugal, Jerman, dan Prancis.