Bisnis.com, JAKARTA – Data menunjukkan aktivitas manufaktur di Asia masih tertekan pada bulan Desember 2022 di tengah perlambatan aktivitas akibat permintaan global yang lesu.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (3/1/2022), indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) sektor manufaktur di sejumlah negara Asia tercatat mengalami kontraksi.
Anka PMI Global S&P Vietnam turun menjadi 46,4 dari 47,4 pada November, level terendah sejak September 2021. Seperti diketahui, angka PMI di atas 50 menunjukkan ekspansi dari bulan sebelumnya, sedangkan data di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence Andrew Harker mengatakan pesanan baru untuk Vietnam juga mencatat kontraksi terburuk sejak September 2021. Sektor manufaktur negara ini rentan terhadap melemahnya pesanan di pasar ekspor utama seperti China, Eropa dan AS.
"Mengamankan pekerjaan baru kemungkinan akan tetap sulit sampai ada peningkatan di pasar negara-negara tersebut. Sejumlah perusahaan memperkirakan permintaan masih lemah dalam jangka pendek," ungkap Harker.
Sementara itu, PMI Malaysia turun menjadi 47,8 pada bulan Desember dari 47,9, level terendah sejak Agustus 2021.
Baca Juga
Di sisi lain, PMI manufaktur Taiwan naik tipis menjadi 44,6 pada bulan Desember dari 41,6 pada bulan sebelumnya. Ini menunjukkan adanya pelonggaran dari tekanan yang sedang berlangsung. Meski begitu, indeks tetap mengalami kontraksi selama tujuh bulan berturut-turut.
Direktur Asosiasi Ekonomi S&P Global Market Intelligence Annabel Fiddes mengatakan permintaan dari dalam negeri maupun ekspor terhadap manufaktur Taiwan cenderung lemah.
"Kepercayaan bisnis masih berada di wilayah negatif karena produsen mengantisipasi penurunan output dalam beberapa bulan ke depan,” ungkapnya.
Perlambatan ekonomi China menjadi perhatian khusus untuk perdagangan di Taiwan. Data PMI Manufaktur Caixin untuk China turun menjadi 49 pada bulan Desember dari 49,4 pada November di tengah penghentian kebijakan ketat Zero Covid secara tiba-tiba.
Rilis PMI dari Caixin sejalan dengan data resmi yang dirilis akhir pekan lalu yang menunjukkan penurunan manufaktur di ekonomi terbesar kedua di dunia itu memburuk pada Desember.
Yang menggembirakan, produsen dalam survei PMI Caixin China menyatakan optimisme yang lebih kuat mengenai prospek tahun 2023.
"Prospek pertumbuhan China telah membaik seiring dengan pembukaan kembali yang semakin cepat. Secara keseluruhan, saat-saat tergelap telah berlalu,” kata Zhou Hao, kepala ekonom Guotai Junan International Holdings.
Dari data yang dirilis hari ini, Filipina menjadi yang menonjol, dengan PMI naik menjadi 53,1 dari 52,7, level tertinggi sejak Juni 2022.