Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Covid-19 Melonjak, Ekonomi China 'Berdarah-darah'

Roda ekonomi China berdarah-darah atau diprediksi merosot pada akhir 2022 seiring kasus Covid-19 yang melonjak di seluruh negeri.
Salah satu warga negara China berjalan di taman dengan tetap memakai masker seiring meningkatkan kasus Covid-19 di negara tersebut. / Bloomberg.
Salah satu warga negara China berjalan di taman dengan tetap memakai masker seiring meningkatkan kasus Covid-19 di negara tersebut. / Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian China mengakhiri 2022 dengan 'berdarah-darah' atau mengalami kemerosotan besar akibat belanja bisnis dan konsumen anjlok pada Desember 2022. Melonjaknya kasus Covid-19 di negara tersebut juga menjadi salah satu penyebab merosotnya ekonomi China. 

Menurut data resmi, penurunan manufaktur memburuk bulan lalu, sementara aktivitas di sektor jasa anjlok paling dalam sejak Februari 2020.

Sementara itu, survei yang dilakukan China Beige Book International menunjukkan ekonomi berkontraksi pada kuartal IV/2022 dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), seperti dikutip dari Bloomberg pada Selasa (3/1/2023). 

Kebijakan Zero Covid yang tiba-tiba dicabut pada Desember 2022 telah memicu lonjakan kasus Covid-19 di kota-kota besar, mendorong orang untuk tinggal di rumah karena mereka jatuh sakit atau takut terinfeksi.

Sementara wabah kemungkinan memuncak di pusat kota seperti Beijing, dan aktivitas ekonomi mulai pulih di sana, virus Covid-19 menyebar dengan cepat ke seluruh negeri.

Kemungkinan perjalanan yang terburu-buru selama liburan Tahun Baru Imlek di akhir Januari dapat menyebabkan kasus menyebar ke daerah pedesaan, sehingga mengganggu aktivitas di kuartal I/2023. 

Ekonom Citigroup Inc. China Yu Xiangrong mengatakan bahwa Desember 2022 bisa menjadi titik terendah untuk PMI China dan pemulihan bisa terjadi dalam beberapa bulan mendatang.

“Pemulihan yang lebih luas dapat dimulai dengan infeksi puncak. Selain itu, Januari 2023 dan Tahun Baru Imlek secara tradisional merupakan musim sepi bagi ekonomi Tiongkok,” tulis kepala ekonom Citigroup China Yu Xiangrong dan rekan-rekannya dalam sebuah catatan dilansir dari Bloomberg, Selasa (3/1/2023).

Adapun, jumlah perjalanan teredam selama liburan Tahun Baru. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China mengatakan, jumlah perjalanan yang dilakukan sedikit berubah dari tahun sebelumnya, sementara pendapatan pariwisata naik 4 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2022.

“Angka-angka tersebut jauh di bawah tingkat pra-pandemi. Pendapatan pariwisata dan jumlah perjalanan masing-masing adalah 35,1 persen dan 42,8 persen dari tingkat tahun 2019,” jelas Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China.

Pencabutan pembatasan Covid-19 terjadi pada saat ekonomi sudah cukup lemah. Pembatasan Covid-19 telah mendorong sentimen konsumen dan bisnis mendekati rekor terendah, pasar properti berada dalam rekor kemerosotan, dan minat luar negeri untuk barang-barang China anjlok.

Ekonom memprediksi, ekonomi China hanya tumbuh sebesar 3 persen sepanjang 2022. 

“Dengan gelombang pasang Covid-19 yang sedang berlangsung, investasi merosot ke level terendah 10 kuartal, dan permintaan baru terus terpukul, pemulihan kuartal pertama semakin tidak realistis,” kata Kepala Ekonomi di CBBI Derek Scissors.

Di sisi lain, ekonom melihat kemungkinan rebound yang lebih cepat dan lebih kuat di 2023. Menurut estimasi median ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, pertumbuhan China diprediksi meningkat menjadi 4,8 persen untuk tahun ini, setelah kemungkinan akan melambat pada periode awal Januari hingga Maret 2023. 

Pasar Saham China 

Investor saham telah berubah lebih bullish untuk tahun baru di tengah taruhan bahwa pembukaan kembali China dari pembatasan Covid-19, meskipun awalnya kacau, pada akhirnya akan meningkatkan ekonomi dan keuntungan perusahaan.

Adapun, Indeks Hang Seng China Enterprises, yang melacak perusahaan China yang terdaftar di Hong Kong, telah melonjak 36 persen dalam dua bulan terakhir, mengalahkan indeks ekuitas Asia yang lebih luas dengan lebih dari 20 poin persentase.

Indeks diperkirakan akan pulih pada 2023 setelah membatasi penurunan tahun ketiga berturut-turut, rekor penurunan beruntun sejak didirikan pada tahun 1994.

Sementara itu, pembuat kebijakan telah menjanjikan lebih banyak dukungan fiskal dan moneter untuk membantu pemulihan ekonomi tahun ini.

Kementerian Keuangan China mengatakan pengeluaran fiskal akan diperluas "tepat" pada 2023 dengan menggunakan alat kebijakan seperti defisit anggaran. Bank sentral China juga berjanji untuk mendukung permintaan domestik dan mempertahankan pertumbuhan kredit.

Menurut survei ekonom yang diterbitkan di media pemerintah China, negara tersebut kemungkinan akan memangkas suku bunga dan rasio persyaratan cadangan bank pada paruh pertama tahun ini, sambil menaikkan rasio defisit fiskal untuk 2023.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper