Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi China Diproyeksi Makin Lesu, Resesi di Depan Mata Nih!

Sektor manufaktur, jasa, dan properti China diperkirakan melemah pada kuartal IV/2022 akibat pandemi Covid-19, yang mengakibatkan potensi kontraksi ekonomi.
Arsip - Tangki minyak dan gas terlihat di gudang minyak di pelabuhan di Zhuhai, China, 22 Oktober 2018./Antara
Arsip - Tangki minyak dan gas terlihat di gudang minyak di pelabuhan di Zhuhai, China, 22 Oktober 2018./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Sektor manufaktur, jasa, dan properti China diperkirakan melemah pada kuartal IV/2022 akibat pandemi Covid-19, yang mengakibatkan potensi kontraksi pertumbuhan ekonomi.

Hal ini sejalan dengan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa tekanan ekonomi akan semakin berat pada tahun 2023, yang berujung pada resesi global. 

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (3/1/2023), China Beige Book International (CBBI) menunjukkan indeks yang mengukur laba, penjualan, dan lapangan kerja di sektor manufaktur dan jasa merosot pada kuartal IV/2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Selain itu, indeks metrik untuk sektor properti, termasuk transaksi dan harga, bahkan jatuh mendekati posisi terendah sepanjang masa. Adapun indeks ini didasarkan pada survei terhadap 4.354 bisnis.

Angka tersebut menyiratkan bahwa produk domestik bruto (PDB) China diperkirakan mengalami kontraksi pada kuartal IV/2022 dan hanya tumbuh 2 persen sepanjang tahun 2022.

Perkiraan tersebut bahkan lebih rendah dari median proyeksi ekonom dalam survei Bloomberg, yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 2,9 persen pada kuartal IV/ 2022 dan mencapai 3 persen untuk tahun 2022.

"Dengan lonjakan kasus Covid-19 yang sedang terjadi, investasi anjlok ke level terendah dalam 10 kuartal terakhir dan pesanan baru terus tertekan, pemulihan di kuartal pertama semakin tidak realistis," ungkap Kepala ekonom CBBI Derek Scissors.

Pencabutan pembatasan Covid-19 secara tiba-tiba oleh China pada awal Desember telah memicu lonjakan infeksi di seluruh negeri, bahkan menambah lebih banyak ketidakpastian pada prospek ekonomi.

Pembukaan kembali aktivitas ekonomi yang lebih cepat dari perkiraan juga diperkirakan mengganggu aktivitas ekonomi pada kuartal I/2023, meskipun beberapa ekonom memperkirakan adanya kemungkinan peningkatan pemulihan yang lebih cepat setelah gelombang infeksi mencapai puncaknya.

Indikator minggu lalu menunjukkan tanda-tanda awal rebound dalam aktivitas di kota-kota seperti China, di mana infeksi kemungkinan sudah mencapai puncaknya.

CBBI menunjukkan bisnis tetap dalam kesulitan pada kuartal IV/2022. Perusahaan memperoleh 46 persen pinjaman dari lembaga nonbank dalam tiga bulan terakhir tahun 2022, naik dari 33 persen pada kuartal III/2022.

Kenaikan pinjaman ke sektor yang disebut perbankan bayangan tersebut menunjukkan perusahaan-perusahaan kesulitan memenuhi syarat kredit perbankan.

Proyeksi ekonomi ini sejalan dengan pernyataan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva bahwa ekonomi global menghadapi tahun yang sulit pada 2023 akibat ancaman resesi. 

“Kami perkirakan sepertiga ekonomi dunia akan mengalami resesi,” kata Georgieva dalam acara 'Face the Nation' di CBS seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (2/1/2023).

Dalam proyeksinya ini, Kristalina menyebut perlambatan ekonomi di China sebagai salah satu penyebab resesi global, selain Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Kristalina mengatakan China menghadapi tahun yang sulit. Hal tersebut terjadi lantaran pemerintahan Xi Jinping masih belum dapat mengatasi gelombang pandemi Covid-19.

“Itu diterjemahkan menjadi tren negatif secara global. Ketika kita melihat pasar negara berkembang atau emerging market, di sana, gambarannya bahkan lebih mengerikan," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper