Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Awas! Ini Peringatan Resesi 2023 dari Sri Mulyani dan Gubernur BI

Simak peringatan soal ancaman resesi 2023 dari Menkeu Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Indonesia bakal aman?
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di acara pembukaan 3rd FMCBG Meeting di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di acara pembukaan 3rd FMCBG Meeting di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).

5 Ancaman Resesi 2023 Versi Bank Indonesia

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa dunia saat ini tidak hanya dihadapkan pada ancaman stagflasi, melainkan resflasi, yaitu risiko resesi disertai dengan laju inflasi yang tinggi.

Perry mengatakan, kondisi dunia yang sangat dinamis saat ini masih sangat ditentukan oleh kepastian perang Rusia vs Ukraina yang terus berlanjut. Selain itu, risiko lainnya juga muncul dari perang dagang Amerika Serikat dan China yang kembali memanas.

Menurutnya, ada lima risiko utama yang perlu diwaspadai pemerintah dan semua pihak pada tahun depan.

Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, terutama risiko resesi yang meningkat di Amerika Serikat dan Eropa. BI memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh sebesar 3 persen pada 2022 dan menurun menjadi 2,6 persen pada 2023.

Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan masih tinggi meski mulai melandai, yang dipengaruhi oleh berlanjutnya gangguan rantai pasokan dan ketatnya pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa.

Kedua,yaitu inflasi yang sangat tinggi dipicu oleh harga energi dan pangan yang tinggi di pasar global.

Ketiga, era suku bunga tinggi yang berlangsung lebih lama. Perry mengatakan, laju inflasi yang masih tinggi akan mendorong kebijakan moneter global tetap ketat pada tahun depan.

“The Fed diperkirakan akan menaikkan Fed Funds Rate hingga awal 2023 dengan siklus pengetatan kebijakan moneter yang panjang, meskipun dengan besaran yang lebih rendah,” katanya.

Dia memperkirakan, suku bunga The Fed akan terus meningkat hingga mencapai tingkat 5 persen dan tetap bertahan pada level yang tinggi pada 2023.

Keempat, penguatan dolar AS yang akan memberikan risiko pada berlanjutnya pelemahan mata uang banyak negara, termasuk Indonesia. Kelima, fenomena cash is the king, investor asing menarik dananya dari negara berkembang, tak terkecuali dari Indonesia, dan menempatkannya pada aset yang lebih likuid.

“Perkembangan ini [kenaikan suku bunga the Fed] mendorong tetap kuatnya mata uang dolar AS dan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global yang kemudian berdampak pada belum kuatnya aliran modal masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia,” kata Perry.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi sedikit melambat sejalan dengan perlambatan ekonomi global ke titik tengah kisaran 4,5-5,3 persen.

Awas! Ini Peringatan Resesi 2023 dari Sri Mulyani dan Gubernur BI

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper