Menatap 2023 dengan Optimis

PT Freeport Indonesia menatap 2023 dengan penuh optimistis setelah melalui 2022 dengan capaian-capaian yang ciamik.
Foto: PT Freeport Indonesia menatap 2023 dengan penuh optimistis setelah melalui 2022 dengan capaian-capaian yang ciamik.
Foto: PT Freeport Indonesia menatap 2023 dengan penuh optimistis setelah melalui 2022 dengan capaian-capaian yang ciamik.

Bisnis.com, JAKARTA — PT Freeport Indonesia menatap 2023 dengan penuh optimistis setelah melalui 2022 dengan capaian-capaian yang ciamik. Ramp-up produksi tambang bawah tanah menjadi salah satu kekuatan Freeport.

Senyum terlukis di wajah Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas ketika membeberkan capaian PTFI pada tahun ini. Dia menceritakan bahwa kinerja produksi penambangan bawah tanah yang dijalankan perusahaan saat ini tengah mencapai ramp-up hingga mencapai 100% kapasitas di tahun 2023.

Tambang itu terletak pada ketinggian 2500 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman mencapai 1700 meter. Tahun ini, perseroan meyakini, produksi bisa mencapai 1,6 miliar pon tembaga serta 1,6 juta ounce emas.

 “Kita tinggal menanti saja beberapa hari ke depan 2022 selesai. Semua itu dilakukan dengan performa keamanan penambangan yang tinggi capaiannya,” jelasnya.

Bagi PTFI, tahun 2022 terasa makin spesial setelah Presiden Joko Widodo mengunjungi lokasi penambangan bahkan sempat bermalam di Tembagapura. Kedatangan orang nomor satu di republik ini bertujuan untuk melihat proses penambangan di areal salah satu tambang terbesar di dunia.

Berkat dukungan penuh dari Presiden, ditambah dengan kerja sama yang apik dengan berbagai pihak, PTFI berhasil melewati berbagai tantangan tahun ini. Memang tahun ini kondisi alam masih menjadi tantangan terbesar.

Pasalnya, PTFI ini memiliki tambang terbuka di ketinggian 4200 meter di atas permukaan laut dan pabriknya terletak di ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut ditambah tambang bawah tanah yang juga ribuan meter di atas permukaan laut.

Areal pertambangan di perbukitan terjal pun memiliki curah hujan yang tertinggi di dunia sehingga aliran air bisa menjadi begitu deras dan bisa memicu longsor, tetapi semua itu, kata Tony, bisa dilalui dengan baik.

Covid-19, kata Tony, masih menjadi tantangan pada tahun ini. Tengok saja bulan lalu, pada November 2022, jumlah pekerja yang terpapar mencapai puluhan orang. Namun, bulan ini jumlahnya menurut drastis hanya satu atau dua orang yang terpapar.

 “Kalau tantangan keamanan tentu saja tetap ada walau selama tiga tahun ini relatif aman. Kerja sama erat dengan Polri dan TNI dalam mengamankan areal PTFI,” ucapnya.

Tony menyampaikan bahwa secara internal, dia melihat adanya nilai tambah ketimbang tantangan saat PTFI menjadi bagian dari MIND ID yang mewakili kepemilikan Pemerintah sehingga sinergi menjadi lebih kuat.

Kerja sama yang apik dengan pemegang saham, tuturnya, menjadi jalan terbaik bagi perseroan sehingga target produksi dapat tercapai, dan dibantu oleh harga komoditas yang membaik sehingga berujung pada meningkatnya keuntungan perusahaan, serta kontribusi bagi bangsa dan pendapatan daerah turut terkerek.

Menatap 2023 dengan Optimis

Optimisme 2023

Berkaca dari capaian-capaian 2022 itu, PTFI, kata Tony, menatap 2023 dengan optimisme karena tahun depan permintaan tembaga dinilai bakal sangat tinggi. Pasalnya 70% tembaga digunakan sebagai penghantar listrik di mana saat ini banyak pembangunan instalasi listrik yang bersumber dari energi baru dan terbarukan.

Tembaga pun, kata dia, dibutuhkan empat kali lebih banyak pada mobil listrik dibandingkan mobil yang menggunakan bahan bakar fosil.

Dengan situasi objektif seperti itu, walau ada ancaman resesi di depan mata, kelihatannya permintaan tembaga tetap tinggi. Hal ini diperkuat dengan suplai terbatas karena tidak ada tambang baru dalam waktu dekat, maka pihaknya memperkirakan permintaan akan komoditas itu tetap tinggi dan tentunya berpengaruh positif terhadap harga.

Dia menuturkan perekonomian China mulai menggeliat lagi dan pihaknya telah mendapatkan informasi bahwa negara itu mulai memesan tembaga lagi karena sektor industri yang mulai tumbuh lagi. Demikian juga dengan mineral lain seperti batu bara, timah dan nikel.

“Ini keunggulan Indonesia karena komoditas-komoditas ini kita punya semua. Dengan harga yang bagus mendorong ekspor kita surplus berturut-turut. Jadi saya pikir Indonesia punya ketahanan terhadap situasi ekonomi dunia dan angka makro ekonomi pun menunjang semua itu,” urainya.

Saat ini, PTFI menghasilkan konsentrat tembaga yang mengandung tembaga, emas dan perak. Sekitar 40% disalurkan ke PT smelting di Gresik dan 60% masih diekspor. Di sisi lain, smelter kedua yang sedang dibangun juga memiliki tren positif di mana pada akhir November sudah mencapai 47,4% dan pada Desember ini bisa mencapai 50%. 

Pada akhir 2023, katanya, diperkirakan konstruksinya akan  selesai dibangun sehingga pada Mei 2024 mulai beroperasi memproduksi katoda tembaga, akan ada tambahan produksi katoda tembaga sebesar 600.000 ton.

Dia melanjutkan, smelter pertama yang sudah beroperasi mampu menghasilkan 300.000 ton katoda sehingga jika dua smelter itu berhasil beroperasi maka ada 900.000 ton katoda yang diproduksi. Hal ini kata dia, bisa merangsang pertumbuhan industri hilir misalkan tercipta suatu ekosistem kendaraan listrik di mana Indonesia bisa menjadi negara produksi baterai.

Apa yang dilakukan oleh Freeport, tuturnya, sejalan dengan kebijakan hilirisasi berbagai komoditas mineral seperti nikel, tembaga, timah dan bauksit  yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia.

Menurutnya, keputusan ini bertujuan untuk menciptakan suatu ekosistem industri kendaraan listrik. Ekosistem ini, kata dia, bisa tercapai dan menjadikan Indonesia sebagai sumber utama industri baterai dan diharapkan dapat merangsang tumbuhnya industri kendaraan listrik.

“Kalau ekosistem ini tercapai, saya yakin visi Indonesia emas pada 2045 dapat tercapai,” ucapnya.

Dari sisi produksi, tahun depan pihaknya memperkirakan bisa mencapai 1,6 hingga 1,7 miliar pon tembaga dan 1,8 ounce emas. Dengan asumsi harga perkirakan sekitar US$4,25/pon tembaga dan US$180/ounce emas, kontribusi ke negara bisa mencapai US$4 miliar sampai US$4,5 miliar, lebih tinggi dibandingkan kontribusi tahun ini yang mencapai US$3,5 miliar.

Dengan jumlah produksi seperti perkiraan 2023 itu, katanya, profitabilitas Freeport akan meningkat dan yang lebih penting lagi deviden ke MIND ID semakin besar. Sejak 2018 hingga saat ini, PTFI memberikan deviden hampir US$1 milar atau setara dengan Rp14 triliun.

Dengan asumsi tersebut, deviden  diperkirakan bisa mencapai lebih dari US$1,5 miliar pada 2024, dengan asumsi yang sama juga, deviden  yang diberikan lebih dari US$1,5 miliar. Jadi kalau semua ditotal akan ada US$3,9 miliar dan jumlah itu sudah cukup melunasi biaya akuisisi PTFI pada 2018 sebesar US$3,85 milar.

Bukan hanya itu saja, kontribusi PTFI ke pemerintah daerah juga makin meningkat. Tahun ini diperkirakan sekitar hampir US$500 juta atau sektiar Rp7,5 triliun diterima langsung oleh daerah. 

Tahun depan mungkin bisa  lebih dari Rp10 triliun dan pada 2024 dapat mencapai Rp12 triliun. Jumlah ini bagian dari keuntungan bersih PTFI di mana daerah mendapatkan jatah 6%. Di samping itu ada juga royalti sebesar 80%, di samping pajak-pajak daerah yang jika semuanya ditotal maka daerah akan mendapatkan angka yang jumbo.

Tony menilai 2023 tantangan yang akan dihadapi masih tetap sama. Secara khusus, dia menyoroti tentang tantangan teknis penambangan di mana ada bebatuan yang berair sehingga menghasilkan bijih berlumpur yang bisa membenamkan berbagai peralatan.

Namun, tantangan ini sudah bisa diatasi dengan melakukan penambangan jarak jauh sehingga risiko kecelakaan kerja yang merenggut nyawa pekerja bisa dihindari.

 “Itu salah satu tantangan operasional kita, adanya jenis bijih yang basah dijawab dengan teknologi. Tahun depan juga semakin mendekati tahun politik tentu politik ada gonjang-ganjing tapi kami tetap fokus ke produksi yang aman dan berkelanjutan,” paparnya.

Komitmen Sosial dan Lingkungan

Tony punya cerita soal produksi yang aman dan berkelanjutan karena di balik itu ada nilai-nilai perusahaan yang diinternalisasikan ke dalam setia aspek kegiatan PTFI. Freeport meluncurkan nilai-nilai yang disebut sincere yang terdiri dari safety, integrity, respect, commitment dan excellent.

Selama ini, faktor safety atau keselamatan kerja operasional selalu diperhatikan dengan cermat oleh PTFI. Menurutnya, jika ditambah dengan aspek lainnya, akan ada perubahan yang jauh lebih baik dari tadinya produksi yang aman menjadi produksi yang aman dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan semboyan ESG (environmental, social dan governance).

 “Governance juga tidak kalah penting makanya ada integritas ada di situ. Dari segi sosial sudah sejak puluhan tahun lalu kami lakukan program sosial yang mendalam dan tahun ini kita rencanakan investasi sosial sebesar US$120 juta atau hampir Rp2 triliun dan tiap tahun rata-rata kami investasikan US$100 juta atau  Rp1,5 triliun. Kami sadar harus tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dan lingkungan dan ini bagian dari komitmen kami,” ucapnya.

PTFI, lanjutnya, sudah berkomitmen melakukan penurunan emisi karbon 30% pada 2030 dan hal ini sudah diumumkan saat Conference of Parties (COP) 26 di Skotlandia pada 2021, dan bulan lalu, di COP 27 Mesir, komitmen itu juga kembali diumumkan.

Tony mencontohkan, upaya menurunkan emisi karbon 30 persen itu salah satunya dilakukan dengan menggunakan alat transportasi bertenaga listrik. Tadinya di tambang terbuka pihaknya menggunakan truk raksasa untuk mengangkut bijih, yang berbahan bakar fosil. Saat ini, transportasi bijih menggunakan kereta listrik yang zero emisi dan bisa mengangkut 110.000 ton bijih perhari.

Menatap 2023 dengan Optimis

“Kalau kita konversikan dengan truk besar itu, bisa 75 truk yang gunakan bahan bakar fosil perhari. Dari contoh ini saja sudah terlihat upaya menurunkan emisi yang besar dan kami juga merencanakan membangun power plan yang akan gunakan biofuel kalau dibandingkan dengan PLTU akan ada penurunan karbon yang signifikan. Rencana 2027 nanti kita akan mengganti PLTU sebesar 200 megawatt dengan energi yang lebih bersih yakni gas,” bebernya.

Ada satu hal lagi pada aspek lingkungan yang menurutnya mampu ditata dengan baik oleh PTFI yakni terkait pengelolaan tailing yang merupakan sisa produksi dan terdiri dari batuan yang dihancurkan secara halus tanpa ada campuran bahan kimia berbahaya.

Tailing yang dihasilkan sudah diperiksa oleh berbagai  metode pengujian dan semuanya lolos sesuai parameter yang ditetapkan pemerintah. Jadi tailing ini, kata dia, tidak beracun.

 “Memang masuk kategori B3 karena volume-nya besar. Namun kami sudah membuktikan pertama tailing ini tidak beracun. Kedua ini bisa dimanfaatkan untuk bahan konstruksi dan sudah kita lakukan, seperti Kantor Bupati Mimika, puluhan kilometer jalan dan jembatan lokasi parkir di airport juga menggunakan tailing,” katanya.

Tony menuturkan tailing ini sudah mendapatkan SNI (Standar Nasional Indonesia) dan sertifikasi dari PUPR yakni sangat baik untuk beton konstruksi. Dengan itu tailing sudah jadi sumber daya yang dapat dimanfaatkan.

“Memang pemanfaatannya masih terbatas tapi akan coba kita tingkatkan terus dengan membangun beberapa fasilitas supaya siapapun bisa mengambil tailing untuk dimanfaatkan sebagai beton konstruksi. Bisa dimanfaatkan di daerah lain di Indonesia seperti reklamasi,” urainya.

Tony Wenas melanjutkan, saat ini karena mayoritas saham PTFI sudah menjadi milik Indonesia, dia bersedia memberikan informasi kepada pihak manapun dan jajarannya selalu disiplin melaporkan setiap aktivitas produksi yang dicanangkan.

Sejatinya, sebelum 2018 laporan semuanya sudah tersedia. Dia menampik jika ada yang mengatakan bahwa ada tambang uranium. Tambah lagi, saham PTFI saat ini mayoritas dimiliki Indonesia semuanya jadi lebih terbuka dan pemerintah juga sense of belonging lebih besar.

Tambah lagi, Presiden sudah melihat langsung sendiri bagaimana tingkat kesulitannya, betapa besarnya tambang ini dan dikelola oleh 98% oleh anak-anak indonesia dan 41% oleh orang asli Papua.

Tambang milik PTFI ini menjadi tambang bawah tanah terbesar di dunia. Selain itu, PTFI juga memiliki smelter single line terbesar di dunia yang sedang dibangun di Indonesia dan dikelola oleh 98 persen anak indonesia.

“Kereta pengangkut konstruksinya yang bangun anak-anak indonesia. Jadi kita mesti punya kebanggaan dan kita bisa,” imbuhnya


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper