Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Ungkap Ancaman Baru Ekonomi Global Tahun Depan, Apa Saja?

Sri Mulyani mengungkapkan risiko tersebut bersumber dari masalah geopolitik, perang Rusia dan Ukraina, bukan dari sisi ekonomi.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati memaparkan keuangan negara dalam konferensi pers APBN Kita pada Selasa (20/12/2022). Dok. Youtube Kemenkeu RI.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati memaparkan keuangan negara dalam konferensi pers APBN Kita pada Selasa (20/12/2022). Dok. Youtube Kemenkeu RI.

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ancaman baru yang akan menambah ketidakpastian bagi perekonomian global tahun depan.

Sri Mulyani mengatakan bahwa kondisi lingkungan global pada 2023 akan semakin sulit diprediksi. Pasalnya, berbagai risiko tersebut bersumber dari masalah geopolitik, perang Rusia dan Ukraina, bukan dari sisi ekonomi.

Dia mengatakan, ancaman inflasi tinggi masih akan berlangsung pada tahun depan. Namun peningkatan inflasi tersebut lebih disebabkan oleh lonjakan harga komoditas global, bukan dari sisi permintaan.

Naiknya harga komoditas global yang signifikan pun bukan disebabkan oleh permintaan yang meningkat, tetapi disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina.

“Sehingga geopolitik settlement-nya seperti apa kita tidak pernah tahu kapan akan terjadi perundingan antara RUsia dengan Eropa, dengan Ukraina, sehingga ini menimbulkan ketidakpastian yang tidak pernah kita lihat nature-nya bisa diprediksi seperti ekonomi,” katanya dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (21/12/2022).

Di sisi lain, sisi permintaan juga akan meningkat sejalan dengan aktivitas masyarakat yang kembali normal. Selain itu, pasar tenaga kerja juga menjadi lebih sulit diprediksi. Hal ini telah tercermin dari pengetatan pasar tenaga kerja di negara maju.

Kondisi ini menyebabkan laju inflasi tetap tinggi, yang kemudian direspons oleh bank sentral di negara maju melalui kebijakan suku bunga yang agresif dan pengetatan likuiditas yang ekstrem.

Kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) misalnya, telah meningkat hingga mencapai 4,25-4,5 persen. Sri Mulyani mengatakan kenaikan ini merupakan yang paling ekstrem dan cepat dalam jangka pendek.

“Ini tentu akan berakibat pada pelemahan ekonomi. Persoalannya apakah ini pelemahan ekonomi sebentar karena memang ada obat yang sangat drastis atau akan berkepanjangan,” katanya.

Selain itu, Sri Mulyani mengatakan, kenaikan kasus baru Covid-19 setelah pelonggaran mobilitas dilakukan saat ini juga menjadi perhatian dunia dan dikhawatirkan menambah ketidakpastian baru bagi ekonomi global.

“Sebagai ekonomi terbesar kedua, di dalam prosesnya dalam membuka diri dan terkena pandemi, yang mungkin negara lain sudah, di China baru mulai terjadi kenaikan kasus. Situasi ketidakpastian ini yang harus jadi perhatian kita dalam mengidentifikasi risiko terhadap ekonomi kita,” jelas Sri Mulyani.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper