Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Listrik Smelter Naik, Pakar Minta PLN Hati-hati Revisi RUPTL

Pakar energi dari Universitas Indonesia Iwa Garniwa menilai revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) harus menyesuaikan tren pertumbuhan ekonomi.
PLTU Suralaya unit 8/indonesiapower.co.id
PLTU Suralaya unit 8/indonesiapower.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — Pakar energi dari Universitas Indonesia Iwa Garniwa meminta PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN untuk berhati-hati menanggapi tren komitmen permintaan listrik yang tinggi dari pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter.

Iwa berpendapat komitmen permintaan listrik itu relatif lemah jika dihadapkan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi makro tahun depan yang dibayangi kekhawatiran resesi global.

“Belum ada kepastian ekonomi kita tumbuh walau pemerintah mengatakan kita akan ada di atas 5 persen, saya tidak yakin itu terjadi,” kata Iwa saat dihubungi, Selasa (20/12/2022).

Iwa meminta PLN untuk belajar dari pengalaman penyusunan rencana penyediaan listrik pada 2014-2015 lalu yang belakangan justru meleset dari prediksi awal.

Menurut dia, PLN dapat mematok penambahan kapasitas daya terpasang pembangkit listrik dengan hitungan konservatif menyesuaikan tren pertumbuhan ekonomi saat ini, kendati komitmen investasi smelter belakangan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan.

“Pengalaman yang lalu dari 35.000 megawatt [MW] itu tidak lebih dari setengahnya yang terbangun,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, perseroan tengah menghitung ulang potensi penambahan daya terpasang pembangkit untuk mengimbangi komitmen investasi dan listrik dari perusahaan pengolahan mineral mendatang.

Peningkatan investasi serta komitmen permintaan itu didorong oleh kebijakan moratorium ekspor mineral tambang yang dibarengi dengan kewajiban industri untuk melakukan pengolahan bahan baku di dalam negeri. Konsekuensinya, investasi yang masuk untuk smelter saat ini melampaui prediksi penyediaan listrik PLN. 

“Membuat investasi pengolahan nikel itu tumbuh luar biasa, di sini ada namanya additional demand di luar prediksi dari rencana usaha penyediaan tenaga listrik,” kata Darmawan dalam Indonesia Economic Outlook 2023, Selasa (20/12/2022).

Kendati demikian, Darmawan menggarisbawahi, hitung-hitungan penambahan daya terpasang pembangkit itu bakal dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Alasannya, perhitungan yang meleset dengan realisasi investasi smelter justru bakal memperlebar kondisi kelebihan pasokan atau oversupply listrik tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper