Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Hulu Energi Mau Melantai di Bursa, Ini Respons SKK Migas

SKK Migas menyebut perusahaan hulu migas memang tengah membutuhkan modal yang cukup tinggi untuk menjaga laju penurunan produksinya
Blok migas/Ilustrasi
Blok migas/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai positif rencana pemerintah mendorong PT Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk melepas penawaran umum perdana saham atau initial public offering di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun depan.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Mohammad Kemal mengatakan, perusahaan hulu migas belakangan membutuhkan modal yang relatif tinggi untuk dapat menahan laju penurunan produksi alamiah yang makin lebar saat ini.

“Industri ini kebutuhan kapitalnya sangat tinggi sehingga kebutuhan untuk raising capital ini bisa dipahami,” kata Kemal saat dihubungi, Rabu (7/12/2022).

Di sisi lain, Kemal mengatakan, lembaganya memiliki kepentingan untuk memastikan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) memiliki kemampuan finansial yang kuat untuk membiayai kegiatan eksploitasi hingga eksplorasi yang diharapkan makin gencar mendatang.

“Pada prinsipnya sesuai dengan PSC [production sharing contract] bahwa kontraktor harus memiliki kemampuan finansial untuk membiayai kegiatan operasinya,” tuturnya.

Adapun, PHE berencana untuk menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering di kisaran 10 persen hingga 15 persen di Bursa Efek Indonesia tahun depan.

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury berharap besaran penawaran itu dapat meningkatkan diversifikasi pendanaan PHE yang selama ini bertumpu pada sokongan dari induk usaha, PT Pertamina (Persero).

Apalagi, Pahala menambahkan, utang PHE telah mencapai US$4,5 miliar atau setara dengan Rp70,20 triliun kepada pihak ketiga hingga saat ini.

Besaran itu disampaikan Pahala saat menyampaikan rencana IPO perusahaan pelat merah itu di Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (7/12/2022).

“Saat ini, total pembiayaan dari pihak ketiga khususnya dalam bentuk utang itu kurang lebih sekitar US$4,5 miliar dari sisi jumlah utang yang kita miliki sudah cukup besar,” kata Pahala.

Di sisi lain, Pahala menggarisbawahi, kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) PHE dari 2022 hingga 2024 diproyeksikan bakal menembus di angka US$15 miliar atau setara dengan Rp234,01 triliun.

“Jumlah yang besar tentunya kalau berharap dari sumber sumber cash internal itu tentunya kita akan membutuhkan pendanaan dari pihak ketiga termasuk perbankan dan pasar modal,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper