Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah dinilai perlu lebih fleksibel dalam mengakomodasi kepentingan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang ingin memiliki hak partisipasi di Blok Masela agar pengembangan wilayah kerja migas itu bisa segera terealisasi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal berpendapat sikap akomodatif pemerintah terhadap kepentingan KKKS dalam pengembangan Blok Masela bakal berdampak positif pada keberlangsungan operasi salah satu lapangan migas yang menjadi bagian proyek strategis nasional tersebut.
“Intinya memang pemerintah harus cukup fleksibel untuk menyanggupi calon investor,” kata Moshe saat dihubungi, Senin (5/12/2022).
Menurutnya, pemerintah dapat memberikan sejumlah insentif, seperti tax holiday atau pembebasan pajak hingga kontrak bagi hasil yang menarik bagi KKKS. Dia menilai fleksibilitas itu akan ikut mendorong keekonomian proyek yang sudah terlanjur mahal tersebut.
“Termasuk fleksibilitas untuk review kembali keputusan onshore atau offshore processing, keputusan diberikan kembali ke investornya,” tuturnya.
Adapun, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengungkapkan bahwa PT Pertamina (Persero) sudah menyampaikan proposal penawaran awal terkait rencana pembelian 35 persen hak partisipasi Shell di Blok Masela, setelah studi tuntas dilakukan oleh perusahaan minyak dan gas pelat merah itu.
Baca Juga
“Hasil studi sudah, Pertamina sudah menyatakan mem-binding offer, menyampaikan proposal, belum binding, nanti setelah itu baru ada binding, baru selesai nanti,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (5/12/2022).
Tutuka mengatakan, proses penawaran harga itu seluruhnya menjadi ranah bisnis antara Pertamina dengan Shell. Dia mengakui proses penawaran itu akan berpusat pada nilai atau harga yang ditawarkan Pertamina.
Menurut dia, penawaran itu mesti berhasil dilakukan Pertamina lebih dulu untuk selanjutnya dapat mengajak rekanan mitra lain, seperti Petroliam Nasional Berhad (Petronas) hingga ExxonMobil ikut mengambil hak partisipasi Shell di Masela.
“Sekarang harus ambil 35 persen itu, tawaran Pertamina oke nggak Shell-nya itu, masalah intinya adalah harga, nilainya,” kata dia.
Saat ini, Inpex selaku operator proyek LNG Abadi Blok Masela tengah merampungkan studi pengenalan fasilitas penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon atau CCUS. Pemasangan CCUS dimaksudkan untuk membuat proyek LNG Blok Masela dapat prospektif dengan potensi kredit karbon mendatang.
Sejatinya, pengembangan proyek strategis nasional (PSN) senilai US$19,8 miliar itu tidak lagi tersendat karena Inpex sudah mengantongi pembeli untuk produksi gas tersebut, yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN). Apalagi, perkembangan pengembangan Lapangan Abadi pada 2021 tercatat sudah mencapai 65 persen.
Di sisi lain, revisi rencana pengembangan dengan komitmen energi hijau itu juga memiliki posisi strategis untuk meningkatkan nilai tawar rencana divestasi hak partisipasi milik Shell sebesar 35 persen pada Blok Masela tersebut. Pengembangan fasilitas CCUS dinilai dapat membuat aset LNG Abadi Blok Masela lebih kompetitif yang belakangan ikut menarik minat investor untuk membeli hak partisipasi Shell yang sudah ingin hengkang sejak 2 tahun lalu itu.