Komitmen SKK Migas Percepat Masela
Sementara itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berkomitmen untuk mengakomodasi kepentingan KKKS yang berminat mengambil alih 35 persen saham Shell di Blok Masela.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, lembaganya bakal memberi ruang kebebasan KKKS untuk memilih skema kontrak yang menarik untuk pengembangan Blok Masela mendatang.
“Fleksibilitasnya kita akan review kembali PoD-nya [plan of development], ruang lingkupnya lalu kita cek keekonomiannya,” kata Dwi saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (5/12/2022).
Dwi mengatakan fleksibilitas dari KKKS itu diharapkan dapat menambal ongkos pengembangan proyek Kilang LNG Abadi Blok Masela yang belakangan naik signifikan akibat pengembangan fasilitas pemanfaatan dan penyimpanan karbon atau CCUS.
“Itu akan kaji sesuai dengan kebutuhan, mengikutkan program CCUS,” tuturnya.
Berdasarkan Permen ESDM No 12 Tahun 2020 dan 23 Tahun 2021, fleksibilitas mengacu pada kebebasan untuk memilih skema kontrak gross split atau cost recovery untuk wilayah kerja baru dan wilayah kerja yang berakhir masa waktunya.
Baca Juga
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, mitra pengganti Shell di Blok Masela ini diharapkan dapat ditetapkan pada semester I/2023 mendatang.
“Kalau tahun ini saya belum yakin. Tapi paling nggak kita harapkan semester I/2023,” kata Arifin.
Hingga saat ini, jadwal produksi Blok Masela belum mengalami perubahan, yaitu tahun 2027. Namun demikian, Inpex sebagai operator mengajukan perubahan rencana pengembangan lapangan (PoD) sehingga bisa terjadi perubahan target. Salah satu alasan revisi PoD adalah rencana penerapan teknologi carbon capture untuk menekan emisi Blok Masela.
“Salah satu isi PoD adalah konten untuk menginjeksikan carbon capture. Kan sebelumnya enggak ada di tahun 2019, karena belum ada cerita mengenai carbon emission di industri migas. Nah, sekarang shareholder Inpex minta itu,” jelas Arifin.
Rencana penerapan carbon capture ini membawa konsekuensi terhadap perhitungan biaya. Pemerintah masih akan melihat perhitungan keekonomiannya.
Lapangan Abadi Blok Masela memiliki cadangan terbukti mencapai 18,5 triliun kaki kubik (Tcf) dan 225 juta barel kondensat. Proyek ini termasuk salah satu Proyek Strategis Nasional.