Bisnis.com, JAKARTA - Dwi Soetjipto kembali diangkat menjadi Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk periode 4 tahun ke depan.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut, alasan penunjukkan kembali Dwi Soetjipto ini dikarenakan program yang ditangani sebelumnya belum rampung, salah satunya proyek Lapangan Abadi Blok Masela.
"Selama ini kan program-program masih dengan Pak Tjip [Dwi Soetjipto], ya Masela," ungkap Arifin saat ditemui usai pelantikan di Gedung Chairul Saleh Kementerian ESDM pada Senin (5/12/2022).
Arifin juga berpesan proyek puluhan tahun yang belum jalan itu harus segera rampung dan Dwi Soetjipto mempunyai kewajiban untuk menyelesaikannya.
"Kita harus segera menyelesaikan, ya. Ada histori, ada yang mengetahui di awal sehingga memang tugas ya, menyelesaikan," tambah Arifin.
Adapun, pemerintah terus mendorong pencarian mitra baru pengganti Shell di Blok Masela. Sebelumnya, Arifin mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan roadshow menawarkan Blok Masela ke berbagai investor. Di antara investor yang berminat adalah PT Pertamina (Persero) dan Petronas.
Baca Juga
“Kami udah keliling ya, udah roadshow nawar-nawarin. Yang terakhir sekarang statusnya adalah dari dalam negeri Pertamina sekarang sedang melakukan due diligence, kemudian juga minat dari Petronas untuk bisa partisipasi masuk,” kata Arifin, dikutip dari laman resmi Ditjen Migas Kementerian ESDM, Senin (5/12/2022).
Mitra pengganti Shell di Blok Masela ini diharapkan dapat ditetapkan pada semester I/2023 mendatang.
“Kalau tahun ini saya belum yakin. Tapi paling nggak kita harapkan semester I/2023,” kata Arifin.
Hingga saat ini, jadwal produksi Blok Masela belum mengalami perubahan, yaitu tahun 2027. Namun demikian, Inpex sebagai operator mengajukan perubahan rencana pengembangan lapangan (PoD) sehingga bisa terjadi perubahan target. Salah satu alasan revisi PoD adalah rencana penerapan teknologi carbon capture untuk menekan emisi Blok Masela.
“Salah satu isi PoD adalah konten untuk menginjeksikan carbon capture. Kan sebelumnya enggak ada di tahun 2019, karena belum ada cerita mengenai carbon emission di industri migas. Nah, sekarang shareholder Inpex minta itu,” jelas Arifin.
Rencana penerapan carbon capture ini membawa konsekuensi terhadap perhitungan biaya. Pemerintah masih akan melihat perhitungan keekonomiannya.
Lapangan Abadi Blok Masela memiliki cadangan terbukti mencapai 18,5 triliun kaki kubik (Tcf) dan 225 juta barel kondensat. Proyek ini termasuk salah satu Proyek Strategis Nasional.