Bisnis.com, JAKARTA - Produsen fashion retail, Hennes & Mauritz (H&M) menyatakan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.500 karyawannya.
Dilansir dari Economic Times, Kamis (1/12/2022) PHK ini terjadi untuk mengurangi biaya di tengah melemahnya permintaan dari konsumen akibat melonjaknya biaya hidup serta biaya restrukturisasi sebesar 800 juta krona Swedia US$75,80 juta pada kuartal IV/2022.
Perusahaan asal Swedia ini pun pada September lalu, telah mengatur rencana untuk menghemat 2 miliar krona Swedia atau Rp2 triliun per tahun.
Sebelumnya, Chief Executive H&M, Helena Helmersson, mengatakan program biaya dan efisiensi yang telah perusahaan mulai ini melibatkan peninjauan organisasi.
"Dan kami sangat menyadari fakta bahwa rekan kerja akan terpengaruh oleh hal ini," kata Helena, dikutip pada Kamis, (1/12/2022)
Sebelumnya, Helena juga mengungkapkan melonjaknya dolar AS berdampak signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Baca Juga
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (10/10/2022), brand fashion asal Swedia H&M mempertimbangkan untuk penjualan secara online di tengah serangkaian langkah efisiensi untuk mengurangi biaya yang melonjak.
Helmersson menjelaskan pihak perusahaan sedang mencoba menekan biaya di Norwegia dalam beberapa hari mendatang, guna menjadi tolak ukur untuk menjadi lebih unggul di antara para pesaing. Seorang juru bicara mengatakan uji coba di Inggris dimungkinkan nanti.
"Kami sedang mengujinya sebagai ukuran yang mungkin bisa kami ambil, semua tergantung pada bagaimana reaksi pelanggan,” kata Helmersson.
Selain itu, H&M juga sedang mencari cara memangkas biaya untuk melawan kenaikan harga bahan baku dan pengiriman setelah laporan kuartalan yang mengecewakan yang membuat harga saham jatuh mendekati level terendah dalam 18 tahun.