Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

H&M, Nike, dan Adidas Pacu Penggunaan Bahan Baku Berkelanjutan, Industri Tekstil Banjir Investasi

Pelaku industri tekstil Tanah Air menargetkan penggunaan bahan baku recycle bisa mencapai 15 persen dari total produksi pada 2024.
H&M, Nike, dan Adidas Pacu Penggunaan Bahan Baku Berkelanjutan, Industri Tekstil Banjir Investasi
H&M, Nike, dan Adidas Pacu Penggunaan Bahan Baku Berkelanjutan, Industri Tekstil Banjir Investasi

Bisnis.com, JAKARTA - Brand-brand garmen global terus meningkatkan porsi bahan baku material yang dapat di-recycle atau didaur ulang dalam produksi. Beberapa brand itu di antaranya H & M, Nike, dan Adidas

Hal tersebut diutarakan oleh Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta. Menurutnya, merek besar seperti H & M, Nike, dan Adidas setiap tahun menaikkan target bahan baku berkelanjutan di kisaran 10-20 persen. 

"Mereka ingin mayoritas bahan baku material bisa di-recycle, baik poliester maupun nilon. Makanya, tahun ini Indorama investasi pabrik recycle poliester," kata Redma kepada Bisnis baru-baru ini. 

PT Indorama Synthetics Tbk. (INDR) tahun ini berinvestasi untuk membangun pabrik recycle polyester dengan kapasitas produksi 300.000 ton per tahun. Namun, nilai investasinya belum diketahui. 

Selain Indorama, Redma mengatakan saat ini ada perusahaan asal Jepang yang dikabarkan bakal membangun pabrik recycle nilon dengan kapasitas produksi 350.000 per tahun di Tanah Air. 

Yakni, anak usaha perusahaan asal Negeri Sakura Toray Industries Inc., PT Indonesia Toray Synthetics (ITS), yang berpotensi merealisasikan investasi pada 2024. Saat ini, investasi dari perusahaan itu masih dalam perizinan. 

Kemudian, ada investasi dari PT Tahatex dengan kapasitas produksi recycle poliester 100.000 ton per tahun. Perusahaan itu merupakan partner sejumlah brand besar, seperti H & M, S. Oliver, C & A, Muji, dan GU. 

Perusahaan berikutnya yang memproduksi menggunakan recycle poliester adalah PT Hatex Indonesia dengan kapasitas sebesar 100.000 ton per tahun. 

Tren investasi tersebut di atas sejalan dengan arah Permenperin No. 40/2022 tentang Standar Industri Hijau Untuk Industri Tekstil Penyempurnaan dan Tekstil Percetakan.

Terdapat 9 aspek yang standar industri hijaunya diatur dalam Permenperin No. 40/2022. Meliputi, bahan baku, bahan penolong, energi, air, proses produksi, produk, kemasan, limbah, emosi gas rumah kaca (ERK). 

Pelaku industri tekstil Tanah Air menargetkan penggunaan bahan baku recycle bisa mencapai 15 persen dari total produksi pada 2024. Saat ini, penggunaan bahan baku lokal dikatakan masih 10 persen dari total produksi. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper