Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memberi isyarat untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan bulan depan. Dia juga sambil mengingatkan kepada warga Amerika Serikat bahwa The Fed masih akan melawan inflasi hingga 2023.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (28/11/2022), Powell dijadwalkan untuk menyampaikan pidato, yang berfokus pada pasar tenaga kerja, di sebuah acara pada hari Rabu yang diselenggarakan oleh Brookings Institution di Washington.
Dalam pidato tersebut, Powell akan menjadi salah satu yang terakhir dari pembuat kebijakan sebelum dimulainya periode tenang menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 13-14 Desember 2022.
Powell menggemakan sesama pejabat The Fed dalam memberi sinyal bahwa mereka akan mengerek suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada pertemuan terakhir tahun ini. Seperti diketahui, The Fed telah empat kali menaikkan suku bunga 75 basis poin berturut-turut.
Namun, dengan inflasi yang masih jauh di atas target 2 persen bank sentral, Powell kemungkinan akan mengikuti setiap pembicaraan tentang penurunan dengan peringatan bahwa suku bunga akan terus meningkat tahun depan.
Mitra pendiri MacroPolicy Perspectives Julia Coronado menilai Powell mungkin akan menggunakan pidatonya untuk menjadi hawkish dan menggambarkan dimensi ketidakseimbangan di pasar tenaga kerja,
"Powell dapat membingkai dinamika pasar tenaga kerja tersebut sebagai alasan bahwa mereka perlu berkomitmen pada kebijakan ketat lebih lama," ungkapnya.
Menurut harga kontrak berjangka, investor memperkirakan kebijakan The Fed akan melambat mulai bulan depan dengan suku bunga memuncak sekitar 5 persen tahun depan dari tingkat saat ini 3,75 - 4,00 persen.
Harapan tersebut sejalan dengan pernyataan Powell setelah pertemuan The Fed awal bulan ini. Saat itu, dia mengindikasikan bahwa para pejabat dapat mengurangi laju kenaikan suku bunga segera setelah bulan depan, bahkan ketika mereka pada akhirnya menaikkan suku bunga ke puncak yang lebih tinggi dari yang mereka perkirakan sebelumnya.
"Saya tidak berpikir ada banyak pekerjaan berat yang harus dilakukan dalam hal membuat pasar sejalan dengan apa yang mungkin mereka lihat," jelas Michael Feroll, kepala ekonom AS di JPMorgan Chase & Co.