Bisnis.com, JAKARTA – Nilai utang global terus menurun pada kuartal III/2022. Namun, kenaikan suku bunga acuan yang menghalangi pinjaman baru juga akan memicu pembengkakan utang di masa mendatang.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (23/11/2022), International Institute of Finance (IIF) mengungkapkan total utang global turun US$6,4 triliun pada kuartal III/2022 menjadi sekitar US$290 triliun.
Penurunan tersebut diperkuat oleh lonjakan dolar AS yang membuat pinjaman dalam mata uang lain terlihat lebih kecil ketika dikonversi ke dalam greenback.
Di sisi lain, ada risiko bahwa kenaikan suku bunga acuan bank sentral untuk mengendalikan inflasi akan akan menyebabkan kenaikan tajam dalam biaya yang dibutuhkan untuk membayar utang rumah tangga, bisnis, dan pemerintah.
Para ekonom IIF menilai tagihan bunga utang secara global akan melonjak.
"Biaya pendanaan yang lebih tinggi merupakan sumber utama risiko stabilitas keuangan dan sosial di seluruh negara dengan nilai utang yang tinggi." ungkap ekonom.
Baca Juga
Menurut IIF, resiko terkonsentrasi di antara rumah tangga berpendapatan rendah dan usaha keci karena lebih terekspos pada pinjaman dengan suku bunga mengambang atau floating.
Negara-negara maju Kelompok Tujuh serta pasar negara berkembang di Eropa dan Afrika sub-Sahara akan menghadapi pembayaran bunga yang jauh lebih besar, katanya.
Sebagai bagian dari ekonomi dunia, nilai utang turun menjadi 343 persen atau sekitar 20 poin persentase di bawah puncak pandemi tahun lalu.
Melonjaknya inflasi di banyak negara telah membantu mengikis beban utang yang diukur terhadap output ekonomi, karena nilai nominal produk domestik bruto telah meningkat pesat.